MEDIAHARAPAN.COM, Bengkulu – Nasib malang dialami dua wanita lansia, Rosni (70) dan Sumiaty (65) dan keluarganya. Mereka terdampar selama berjam-jam di tepi sungai Ketaun, Talang Ratu, Rimbo Pengadang, Kabupaten Lebong, Bengkulu, Kamis (28/1) siang.
Kedua lansia berhijab tersebut dilarang menyeberang menggunakan rakit oleh oknum Kades Teluk Dien, Jon Kenedi, yang mengklaim sebagai pemilik rakit. Bahkan, sikap kurang teladan Kades tersebut, didukung kakak kandungnya selaku Camat Rimbo Pengadang, Lasmudin.
“Tadi saya sudah menyeberang. Ketika hendak kembali menjemput Inga Rosni, tiba-tiba Kades (Jon) dan Camat (Lasmudin) melarang saya menggunakan rakit,” ungkap warga setempat, Jon alias Rambo kepada wartawan.
Sebelum insiden tersebut, Rosni beserta keluarganya tengah membersihkan lahan milik suaminya, Mahmud. Tepatnya, di seberang sungai Ketaun, pukul 09.00 WIB. Menjelang siang, muncul Kades Teluk Dien, Jon Kanedi yang mengaku sedang mendampingi perwakilan PT. Ketaun Hidro Energy (KHE) ke lahan Mahmud.
Tak lama berselang, muncul Camat Rimbo Pengadang, Lasmudin, serta unsur Tripika setempat. Dengan tujuan menyaksikan pengukuran tanah oleh ATR/BPN Lebong yang diklaim milik salah satu warga, Samiun.
Namun, rombongan tersebut diminta Rosni untuk meninggalkan lahan milik suaminya. Karena pengukuran yang akan dilakukan, bukan di lahan milik sah PT. KHE. Sehingga, Camat, Kades, pihak KHE, dan perwakilan BPN Lebong, akhirnya membubarkan diri karena diminta Rosni.
Sekira pukul 12.30 WIB, Rosni dan keluarganya yang berjumlah total 14 orang, bermaksud kembali ke pondok Jon Rambo di seberang sungai Ketaun, area Kuari. Namun, saat hendak menyeberang, Rosni dan keluarganya dilarang menggunakan rakit.
Posisi rakit tertambat di seberang sungai Ketaun, dekat rombongan oknum Kades dan Camat. Mereka tampak duduk santai sambil makan nasi bungkus di tepi sungai tak jauh dari tambang Kuari.
Saat itu, Jon Rambo sempat menyeberang menggunakan rakit. Jon pun tidak diijinkan memakai rakit atas larangan Kades dan Camat. Bahkan, Lasmudin, Jon Kenedi, dan rombongannya hanya bisa menonton Rosni sekeluarga yang gagal menyeberang, sambil menyantap nasi bungkus.
“Mereka (Kades dan Camat) mengaku sebagai pembuat rakit. Jadi keluarga Inga Rosni tidak diperkenankan menggunakan rakit tersebut,” ungkap Jon Rambo.
Rosni dan keluarganya pun mencoba menyusuri sungai Ketaun untuk mencari alternatif jalur penyeberangan. Namun, setelah berjalan sejauh dua kilometer, upaya tersebut tidak membuahkan hasil.
Pasalnya, jika harus berenang menyeberangi sungai, terlalu beresiko, karena arus terlalu deras. Sedangkan, cuaca mendung menandakan akan segera turun hujan di sekitar Rimbo Pengadang. Artinya, debit air berpotensi naik dengan arus lebih deras jika hujan turun.
Rosni bersama 13 keluarga lainnya, mengumpulkan batang bambu untuk membuat rakit baru. Tapi, bambu untuk rakit buatan mereka terlalu kecil. Jamun jika digunakan menyeberang sungai Ketaun selebar 20 meter lebih. Imbasnya, Rosni sekeluarga terpaksa terdampar di tepi sungai Ketaun hingga tiga jam setengah.
Hujan pun mulai turun perlahan dari langit. Keluarga tersebut mulai tampak kedinginan, kehujanan, hingga kelaparan selama berjam-jam.
Kemudian, salah satu anak Rosni, Yumielda menghubungi operator Olahraga Arus Desa (ORAD) Arus Ketaun. Bak gayung bersambut, dua orang operator pun langsung meluncurkan sebuah perahu karet untuk menyeberangkan rombongan keluarga Rosni, sekira pukul 15.55 WIB.
Kedua lansia dan keluarganya tersebut, tiba di pondok Jon Rambo, sekira pukul 16.30 WIB dengan kondisi kehujanan. Meski telah dipersulit Lasmudin dan Jon Kenedi, Rosni justru mendoakan keduanya berumur panjang.
“Alhamdulillah, sampai juga di seberang. Terimakasih kepada Camat (Lasmudin) dan Kades (Jon Kenedi) yang membuat saya ketinggalan salat Zuhur. Semoga mereka diberi kesehatan dan umur panjang,” timpal Rosni setelah insiden tersebut.
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Camat Rimbo Pengadang, Lasmudin menepis tudingan dirinya telah menelantarkan kedua lansia tersebut. Lasmudin mengaku tidak tahu jika Rosni dan keluarganya hendak menyeberang.
“Saya tidak tahu kalau bu Rosni itu mau pulang naik rakit. Saya pastikan tidak ada larangan. Tapi, bu Rosni sendiri yang mundur,” demikian Camat. (Cecep Gorbachev)