MEDIAHARAPAN.COM – Dalam pidato politik Presiden Jokowi pada acara pengukuhan pengurus DPP Partai Hanura, Rabu (22/2) yang menyinggung tentang arah demokrasi Indonesia. Presiden nilai pengamalan demokrasi Indonesia sudah kebablasan dalam arti menimbulkan pengamalan politik yang ekstrim. Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menilai, demokrasi yang kebablasan itu apabila menghalalkan segala cara guna mencapai tujuan.
“Seperti Pak Ahok, datang ke Pulau Seribu sosialisasikan program perikanan, eh malah ngomong al-Maidah 51, itu kan kebablasan,” kata HNW di aula Siti Zaunun Muhammad Zainul Majdi, Universitas Hamzanwadi Nahdlatul Wathan, Selong, Lombok Timur, Kamis (23/2).
Pada kesempatan itu HNW juga menilai bahwa Ahok telah kebablasan dengan mengatakan memilih pemimpin berdasarkan agama bertentangan dengan konstitusi.
“Saya menolak itu, konstitusi mana yang dimaksud,” katanya. ”Kalau konstitusi Indonesia, jelas tidak ada pasal di UU yang melarang orang memilih berdasarkan agama.” lanjut HNW.
Pada prakteknya, menurut HNW, hampir 90 persen masyarakat Jakarta yang non muslim memilih Ahok dalam pencoblosan kemarin, Rabu (15/2).
“Itu artinya, mereka memilih berdasarkan agama. Kalau mereka boleh, kenapa umat Islam enggak boleh,” katanya lagi. (MH029)