MEDIAHARAPAN.COM Jakarta – Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada) serentak telah selesai tinggal menunggu hasil resmi KPUD masing-masing.Sejumlah calon kepala daerah yang diusung PDIP Kalah dalam Pilkada serentak. Bahkan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu, tumbang di Jawa Tengah, yang selama ini menjadi basis partai itu.
Peneliti Senior Institute For Strategic and Development Studies (ISDS), M. Aminudin mengatakan, kekalahan PDIP sebagai partai penguasa dalam ajang Pilkada Serentak 2017, karena PDIP mulai mendapat resistensi dikalangan pemilih setianya.
Apalagi, lanjutnya, PDIP telah memilih Ahok untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta sehingga berdampak dengan persepsi bahwa elit PDIP telah berpihak pada kapitalis untuk menindas pribumi yang mayoritas wong cilik. Jika PDIP tetap pada pilihannya saat ini maka makin terperosok pada Pilpres 2019 mendatang.
“Dampak langsungnya nanti di Pilpres dan Pemilu tapi untuk Pilkada masih gejala awal karena disitu faktor aksebilitas kandidat sangat berpengaruh ke pemilih lokal,” jelasnya.
Sementara itu Direktur Komite Pemantau Legislatif (KOPEL) Syamsuddin Alimsyah mengatakan, sebenarnya untuk pilkada Jakarta partai pengusung Ahok bukan hanya PDIP tapi koalisi besar yang di dalamnya ada Golkar, Nasdem dan Hanura. “Hanya saja perlakuan publik tetap fokus pada dominasi PDIP,” ujar Syamsudin.
Syamsudin menilai, dengan mengusung Ahok maka sepertinya PDIP terjebak dengan memposisikan DKI sebagai barometer dari 100 lebih pilkada serentak. Karena dalam Pilkada serentak PDIP lebih terkonsentrasi pada Jakarta. Akibatnya basis lain terabaikan dan ujungnya kekalahan di sejumlah daerah.
“Faktor lain prilaku politik selama ini, khususnya efek ahok tentu sedikit banyak ada pengaruh yang dianggap melawan arus. Apalagi sampai hari ini melalui Mendagri tetap kekeh mempertahankan Ahok meski rujukan hukum yang digunakan Mendagri ngawur dan tak jelas,” jelasnya.
Sejumlah calon kepala daerah yang diusung PDIP Kalah dalam Pilkada serentak. Dari tujuh kabupaten/kota di Jawa Tengah yang menggelar pilkada, calon yang diusung Partai Golkar menang di enam daerah. Padahal provinsi ini dikenal sebagai kandang banteng atau daerah basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Kemenangan ini jauh melampaui target partai bentukan Orde Baru itu. Ketua Harian Partai Golkar Jawa Tengah M. Iqbal Wibisono mengatakan partainya hanya menargetkan menang 60 persen. “Tapi kami mampu menang di enam daerah atau mencapai 84 persen,” ucap Iqbal saat kami hubungi, Sabtu (25/2/2017).
Enam pasangan calon yang diusung Golkar yang menang itu ada di Cilacap (Tatto Suwarta-Syamsul Auliya), Banjarnegara (Budhi Sarwono-Syamsudin), Brebes (Idza Priyanti-Narjo), Batang (Wihaji-Suyono), Pati (Haryanto-Saiful Arifin), dan Kota Salatiga (Yulianto-Haris). Dari enam daerah ini, hanya Batang dan Banjarnegara yang pilkadanya diikuti calon dari kader Golkar.
Satu-satunya calon yang diusung Golkar yang kalah ada di Jepara, yaitu pasangan Subroto-Nur Yahman. Adapun PDIP hanya menang di tiga daerah, yakni Brebes, Pati, dan Jepara. Padahal partai banteng moncong putih ini menargetkan kemenangan di empat daerah.
Iqbal berujar, dalam pilkada 2017 di Jawa Tengah pasangan yang diusung Golkar lebih banyak yang menang dibanding PDIP. Meski dua partai ini juga berkoalisi dalam pilkada Brebes dan Pati.Untuk DKI Jakarta akan di gelar dua putaran bulan April.(Bams)