Seluruh komponen bangsa perlu melihat dengan kacamata positif dan optimis, bahwa kita harus mampu mengantarkan bangsa ini menjadi pelaku utama, tidak saja di pasar ASEAN bahkan dunia. Kita jangan mau terjebak dalam isu-isu dan polemik yang kerap mengganggu konsentrasi dan optimisme kita sebagai sebuah Bangsa
Oleh: M. Ikhsan Tualeka
Pelantikan Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI Periode 2019 – 2022 yang dilangsungkan 15 Januari 2020 sangat monumental, selain mengawali tahun baru, juga karena mendekati usia emas HIPMI yang akan dijelang pada tahun 2022 nanti. Itu artinya pula, kepengurusan HIPMI kali ini ada di fase 50 Tahun, atau setengah abad organisasi pengusaha muda Indonesia.
Pengurus yang dilantik tentu bertanggungjawab untuk menjalankan dan mengelola HIPMI di usia-nya yang telah mapan. Bukan hanya untuk mempertegas eksistensi organisasi, tapi lebih dari itu adalah untuk menjawab tantangan zaman dan memaksimalkan kontribusi generasi muda terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Ada beberapa hal yang saya kira perlu diketengahkan. Pertama, Harus diakui, Kepengurusan BPP HIPMI periode ini tepat di saat dunia dalam ketidakpastian ekonomi, yang ditandai dengan resesi dan krisis yang melanda sejumlah kawasan dunia. Ini tentu menjadi ancaman dan tantangan tersendiri, tidak saja bagi pengusaha muda, tapi juga bagi bangsa ini.
Belum lagi adanya fenomena disrupsi yang menghadirkan pasar baru pada satu sisi, namun pada sisi yang lain turut mengganggu dan merusak pasar yang sudah ada. Menghadapi dan menjalaninya tak ada kata lain, selain kita harus pandai memanfaatkan kesempatan, adaptif dengan perubahan, meningkatkan daya saing serta produktivitas demi kedaulatan dan kemandirian bangsa secara ekonomi.
Ini penting kita lakukan, karena sejatinya negara ini memiliki potensi yang besar, baik dalam konteks sumber daya alam maupun sumberdaya manusia. Faktanya Indonesia memiliki cadangan energi dan potensi pangan yang besar, di ASEAN hampir separuh penduduknya adalah penduduk Indonesia, 260 juta lebih penduduk adalah pasar domestik yang potensial, ini adalah peluang yang bila dikelola dan dioptimalkan, kita tentu dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Kedua, adalah Bonus Demografi. Ini juga adalah peluang sekaligus tantangan tersendiri. Seperti yang sama-sama diketahui bahwa memasuki era bonus demografi hingga puncaknya di tahun 2035 nanti, akan menjadikan jumlah penduduk usia produktif Indonesia, yakni yang berusia 15 – 64 tahun jumlahnya lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif, atau penduduk yang berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.
Pada periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Jika mampu memanfaatkan bonus itu dengan baik, Indonesia dapat menjadi salah satu negara maju di dunia, generasi mudanya akan mengisi posisi-posisi strategis tidak saja di Indonesia, tapi juga di regional Asia Tenggara bahkan dunia, dikarenakan populasi masyarakat di negara maju justru lebih banyak usia senja.
Namun jika tidak, kita dapat menjadi “Malapetaka Demografi”, yaitu usia produktif justru menjadi beban akibat terjadi ledakan pengangguran. Jawaban satu-satunya dalam menyikapi situasi itu adalah, kita harus mencetak Sumber Daya Manusia (SDM), yang memiliki keterampilan di berbagai bidang guna menyambut peluang besar di era bonus demografi nanti.
Melalui pendidikan dan pelatihan, maka skill yang memadai dapat mendorong terwujudnya sumber daya manusia yang kreatif, berkualitas dan berdaya saing dan melek teknologi dan informasi dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Ada banyak potensi yang bisa dioptimalkan, khususnya oleh pengusaha muda atau kalangan milenial. Misalanya saja di sektor ekonomi digital yang paling potensial digeluti oleh kaum muda, diprediksi akan melaju pesat pertumbuhannya di Asis Tenggara, termasuk Indonesia. Tahun ini diprediksi internet economi Indonesia mencapai USD 40 miliar dan tingkat pertumbuhan Indonesia mencapai 49 persen, paling pesat di Asia Tenggara dengan potensi hingga USD 133 miliar pada 2025.
Pertumbuhan ekonomi digital mencakup 5 (lima) sektor, yaitu e-commerce, media daring (online), transportasi berbasis aplikasi daring, wisata dan perjalanan, serta jasa keuangan digital. Dalam 4 (empat) tahun ke depan, pertumbuhannya diprediksi menjadi 12 kali lipat untuk sektor e-commerce lndonesia dan pertumbuhan 6 (enam) kali lipat untuk transportasi daring.
Ini semua, dengan berbagai peluang dan potensi lainnya harus sama-sama kita optimalkan. Tentu bukan hanya terkait kepentingan bisnis secara personal sebagai pelaku dunia usaha semata, tapi juga akan berkontribusi besar terhadap peningkatan ekonomi nasional.
Ketiga, di tengah ketidakpastian ekonomi global, pengusaha dan industri nasional harus didukung dan dilindungi. Itu semua adalah tanggung jawab pemerintah, dan tugas bersama para pengusaha muda tanah air, yakni terus kerja, kerja dan kerja
Dalam konteks tesebut kita harus tetap menjaga optimisme, dan itu dapat dilakukan jika kita mau selalu berfikir positif. Saya ingin mengutip pendapat salah satu pemikir ekonomi ternama Keynesian, bahwa kunci ekonomi satu negara tetap bergairah adalah persepsi positif pasar. Untuk itu sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk tetap dan selalu berada dalam koridor persepsi yang positif.
Seluruh komponen bangsa perlu melihat dengan kacamata positif dan optimis, bahwa kita harus mampu mengantarkan bangsa ini menjadi pelaku utama, tidak saja di pasar ASEAN bahkan dunia. Kita jangan mau terjebak dalam isu-isu dan polemik yang kerap mengganggu konsentrasi dan optimisme kita sebagai sebuah Bangsa.
HIPMI sebagai kawah candradimukanya pengusaha muda Indonesia selalu siap menyumbangkan kader-keder terbaiknya sebagi unjung tombak pelaku ekonomi bangsa, dan pemerintah juga harus siap mengakomodir potensi-potensi muda bangsa.
Untuk itu, tentu semua anak bangsa hari ini, harus mengambil peran yang signifikan. HIPMI sebagai wadah pengusaha pejuang dan pejuang pengusaha harus mengambil peran yang strategis, salah satunya dengan menjadi mitra strategis pemerintah guna mendukung program-program dan kebijakan ekonomi yang relevan.
Semua komponen perlu manyatukan langkah dalam sebuah gerakan bersama, dalam persaingan ekonomi pelaku ekonomi harus berada di Garda terdepan. Itu pula mengapa bangsa ini harus siap, baik secara kuantitas, maupun kualitas. Dan untuk itu salah satu jawaban atau ikhtiar-nya adalah melalui ‘entreperneur movement’.
Dengan semakin menggelorakan entrepreneur movment, kita tidak saja akan terus berada dalam koridor atau jalan meningkatkan jumlah populasi pengusaha muda tanah air, tapi menjadi sebuah cara yang strategis guna menjadikan semangat dan potensi entrepreneur sebagai senjata yang efektif dalam menguasai pasar domestik, memajukan ekonomi dan daya saing nasional.
Upaya itu sudah di mulai dengan program HIPMI Perguruan Tinggi, HIPMI Goes to School, to pesantren dan sejumlah kegiatan yang diharapkan dapat meretas semangat dan mentalitas entrepreneur di kalangan anak-anak muda. Dalam konteks itu, HIPMI, terutama di bawah kepengurusan yang baru ini harus siap menjadi lokomotif dan motor utama penggerak entrepreneur movement di tanah air.
Terakhir, sesuai motto organisasi ini “Pengusaha Pejuang dan Pejuang Pengusaha”, itu membawa pesan yang kuat bagi kita, bahwa HIPMI bisa semakin maju, jika mau tetap menjaga spirit kekompakan dan persaudaraan. Komunikasi yang intens harus perlu terus terjalin, baik antar pengurus BPP dan BPD, maupun dengan para senior. Semua harus mampu menjaga kesetiakawanan dan kekeluargaan.
Demikian catatan ini, semoga pelantikan pengurus periode yang baru ini menjadi penanda bahwa HIPMI siap bekerja, mempertegas bahwa HIPMI adalah merupakan organisasi besar yang memiliki potensi besar. Potensi untuk makin berperan aktif dan memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi bangsa.
Penulis adalah fungsionaris BPP HIPMI Periode 2019-2022