MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Indonesian Police Watch (IPW) mendesak Korps Brimob dan Kapolda Sultra meminta maaf dan mengganti semua kerusakan rumah nenek Yudahusna (68) di Jl Mayjen Katamso, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari.
IPW menerangkan, Kasus amuk 40 Brimob ini terjadi Minggu 7 April 2019 malam. Saat itu nenek Yudahusna tengah tertidur pulas bersama delapan cucunya. Mereka terbangun karena rumahnya diserang dan diobrak-abrik 40 anggota Brimob yang menuduh pelaku pemukulan terhadap temannya bersembunyi di rumah korban.
“Aksi perusakan rumah nenek Yudahusna yang dilakukan 40 anggota Brimob itu adalah bentuk arogansi dan premanisme yang luar biasa, yang dilakukan aparatur keamanan negara menjelang Pilpres 2019,” kata Ketua Presidium Neta S Pane dalam keterangan persnya, Jakarta, Senin (8/4).
IPW juga mengecam keras aksi perusakan yang dilakukan 40 anggota Brimob terhadap rumah seorang nenek itu. Apa pun alasannya, lanjut Neta, aksi ini tidak bisa ditolerir.
“Sebab, amuk 40 anggota Brimob itu tidak hanya membuat nenek Yudahusa dan cucunya ketakutan, tapi aksi itu menjadi teror bagi warga sekitar maupun warga Kendari,”ujarnya.
Neta menegaskan kembali, aksi itu menunjukkan bahwa ke-40 anggota Brimob ini tidak terkendali dan tidak bisa mengendalikan diri. Padahal menjelang Pilpes 2019, Polri selalu mengimbau masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan agar kamtibmas menjelang Pilpres 2019 kondusif.
“Nyatanya justru Polri sendiri yang tidak bisa mengendalikan anggotanya, hingga 40 Brimob mengamuk dan merusak rumah nenek Yudahusa,” katanya.
Bagaimana pun, imbuh Neta, ulah 40 anggota Brimob ini tidak bisa dibiarkan. Untuk itu IPW mendesak ke 40 anggota Brimob itu harus segera ditindak tegas. Selain itu Kasat Brimob Polda Sultra dan Kapolda Sultra harus segera dicopot dari jabatannya. Sebab, tambahnya, amuk 40 Brimob itu nyata nyata menunjukkan bahwa Kasat Brimob maupun Kapolda Sultra tidak punya wibawa dan tidak bisa mengendalikan anak buahnya, hingga 40 anggota Brimob itu tanpa rasa salah nekat mengamuk membuat ketakutan masyarakat menjelang Pilpres 2019.
“Jika tindakan tegas tidak segera dilakukan Mabes Polri, dikhawatirkan kasus Kendari ini akan menjadi preseden. Akan muncul berbagai ulah oknum aparatur keamanan yang justru mengganggu keamanan masyarakat menjelang Pilpres 2019, sementara kapoldanya tidak punya wibawa dan tidak mampu mengendalikan ulah anak buahnya,” ungkapnya.
Neta berpandangan, aksi salah sasaran 40 Brimob ini, menunjukan arogansi dan premanisme masih sangat kental bercokol di korps bhayangkara itu. Kentalnya arogansi itu membuat mereka sebagai aparatur penegak hukum justru tidak patuh hukum.
“Hal ini diperparah lagi akibat tidak adanya wibawa Kasat Brimob dan Kapolda Sultra sehingga ke 40 Brimob itu bisa bertindak semena mena tanpa takut dengan tindakan tegas pimpinannya,”pungkasnya. (bilal)