MEDIAHARAPAN.COM -Setidaknya 110 orang, kebanyakan dari mereka perempuan dan anak-anak, meninggal karena kelaparan dan penyakit yang disebabkan kekeringan di Somalia dalam 48 jam terakhir, Perdana Menteri Hassan Ali Khaire, Sabtu (5/3), seperti yang dilaporkan CNN.
Khaire membuat pengumuman ketika berbicara kepada komite yang disiapkan khusus menghadapi kekeringan di Mogadishu, empat hari setelah Presiden Mohamed Abdullahi Farmajo menyatakan kekeringan sebagai bencana nasional.
Korban tewas mencakup orang-orang yang meninggal di daerah pedesaan di wilayah Bay barat daya Somalia di mana kekeringan melanda lebih parah daripada bagian lain di negara itu. Sejauh ini belum ada data valid berapa banyak jumlah korban tewas akibat cuaca ekstrem ini.
“Komite merespon kekeringan dengan memberi penjelasan kepada Perdana Menteri tentang krisis kemanusiaan di negara yang mengancam kehidupan rakyat dan ternak mereka yang berada di ambang kematian akibat kelaparan dan penyakit diare berair,” kata pejabat Khaire.
Khaire telah mendesak pelaku usaha dan semua pihak untuk berkontribusi pada upaya tanggap kekeringan yang bertujuan menyelamatkan nyawa jutaan orang Somalia mati kelaparan dan kekurangan air.
Negara ini telah dilanda kekeringan parah yang telah mempengaruhi lebih dari 6,2 juta orang saat ini menghadapi kerawanan pangan dan kekurangan air bersih karena sungai yang mengering dan curah hujan yang sedikit beberapa tahun terakhir.
Awal pekan ini, koordinator kemanusiaan PBB untuk Somalia, Peter de Clercq, memperingatkan kekeringan dapat menyebabkan kelaparan.
“Jika kita tidak meningkatkan respon terhadap kekeringan segera, itu akan dibayar dengan nyawa, lebih lanjut menghancurkan mata pencaharian, dan dapat merusak upaya mengejar pembangunan negara dan merusak inisiatif pembangunan perdamaian,” ia memperingatkan, menambahkan bahwa kekeringan meskipun saat ini parah tidak secara otomatis harus berarti bencana.
Menurut PBB, “Somalia berada dalam cengkeraman kekeringan yang intens, disebabkan oleh dua musim berturut-turut minimnya curah hujan. Di daerah yang paling terkena dampak, curah hujan yang tidak memadai dan kurangnya air telah melenyapkan tanaman dan membunuh ternak, sementara masyarakat terpaksa menjual aset mereka, dan berhutang makanan dan uang untuk bertahan hidup.”
PBB menambahkan bahwa “Unit Keamanan Pangan dan Analisis Gizi (FSNAU) dan Sistem Jaringan Peringatan Dini Kelaparan (FEWSNET) – dikelola oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) – telah menemukan bahwa lebih dari 6,2 juta, atau lebih dari setengah dari penduduk negara itu, kini membutuhkan bantuan, naik dari 5 juta pada bulan September.
Kelaparan di Somalia menewaskan sekitar 258.000 orang antara tahun 2010 dan 2012, menurut laporan bersama oleh PBB dan Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional. Pada saat itu, organisasi kemanusiaan Oxfam mengkritik respon masyarakat internasional terhadap bencana kelaparan di Somalia, mengatakan, dunia terlalu lambat untuk merespon. (MH029)