MEDIAHARAPAN.COM, Bukittinggi – Menyikapi tudingan terhadap fatwa ulama yang dianggap sebagai penyebab rusaknya kebhinekaan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar angkat bicara,
Gusrizal mengatakan, Bukan Fatwa, khutbah, taushiyah dan rekomendasi Ulama yang menjadi penyebab keretakan Kebhinekaan Bangsa, tapi kelambatan, kelalaian dan sikap penolakan serta kecemasan para penyelenggara negaralah yang jadi sumber penyebabnya.
“Kelambatan dan kelalaian menyikapi lah yang menjadi penyebab resah dan gerahnya kaum muslimin. Bukan fatwa itu yang menjadi penyebab tapi penolakan dan kecemasan tuan-tuan lah yang menjadi pemicu keresahan” Tulis Gusrizal dalam status akun facebook pribadinya, Selasa 17 Januari 2017.
Menurut Gusrizal, Bhinneka Tunggal Ika adalah kemajemukan yang diakui eksistensinya dalam bingkai kesatuan bukanlah usaha untuk menghilangkan kemajemukan untuk mewujudkan persatuan.
“Fatwa, khutbah, taushiyyah ulama adalah petunjuk yang diambil dari sumber ajaran Islam (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk umat Islam bukan untuk umat lain” ungkap Gusrizal.
“Tugas tuan-tuan penyelenggara negara untuk menjamin agar pesan itu sampai dan nyaman diamalkan oleh kaum muslimin. Ini merupakan amanat undang-undang dasar !” tegasnya.
Gusrizal menyarankan kepada para penyelenggara negara yang menuding Ulama dan produk-produk fatwanya untuk memformat ulang susunan wawasan kebangsaannya.
Dalam statusnya juga dikatakan, tudingan yang ditujukan kepada ulama tak ubahnya dengan pernyataan dan sikap kaum Jahiliyah terhadap dakwah Rasulullah saw. yang menentang dan menganggap dakwah Rasul adalah pemecah belah.
“Kalau fatwa yang dijadikan kambing hitam keresahan bahkan sampai menuduh sebagai pemicu rusaknya kebhinnekaan, apa bedanya tuan-tuan dengan ‘Utbah Ibn Rabi’ah pentolan kaum musyrikin Makkah yang menentang dakwah Rasulullah saw ?” Pungkas Gusrizal (MH007)
Editor: Handriansyah