MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Peneliti Senior Institute Kajian Strategis UKRI, Dr. Dahnil Anzar Simanjuntak menyesalkan sikap Universitas Gajah Mada (UGM) yang menghalangi rencana ceramah Ustaz Abdul Somad.
“Saya sesalkan sikap UGM tersebut. Kampus telah kehilangan identitasnya sebagai “University” dimana, Kampus adalah rumahnya diversity (perbedaan, Keberagaman) pandangan lahir. Tempat dimana pikiran diadu.” kata Dahnil dalam keterangannya.
Menurut dia, pimpinan UGM telah berubah bak rezim politik yang anti perbedaan. Ia juga sesalkan bila Civitas Akademika, para fakulti berdiam diri terhadap laku pimpinan UGM yang anti Diversity, berlaku bak rezim politik terkait pelarangan terhadap Ustadz Abdul Somad.
“Saya berasumsi seluruh Civitas Akademika dan Fakulti di UGM kehilangan otoritas moral sebagai intelektual.” ujarnya.
Dahnil menegaskan, Universitas adalah rumah dimana persemaian perbagai pemikiran lahir, dan beradu satu dengan lainnya. Bila tak bersepakat dengan satu pemikiran maka adu dengan pemikiran lain. “Bukan, justru bertindak represif melarang Intelektual (Ustadz) seperti Abdul Somad menyampaikan gagasannya di UGM.” cetus Dahnil.
Terus terang, lanjut Dahnil, sebagai salah satu orang yang hidup di kampus, tumbuh berkembang sebagai Dosen dan Peneliti, ia malu melihat laku anti pemikiran yang ditunjukkan oleh Pimpinan UGM terkait pelarangan terhadap Ustadz Abdul Somad.
“Dan tentu juga sesalkan bila insan cendikia disana diam terhadap laku tersebut.” tandasnya.
Diketahui, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membatalkan kuliah umum di Ruang Utama Masjid Kampus UGM yang direncanakan digelar Sabtu, 12 Oktober 2019, dengan pembicara Ustaz Abdul Somad (UAS). Rencananya, UAS akan menjadi salah satu pemateri dalam kuliah umum bertajuk Integrasi Islam dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK): Pondasi Kemajuan. []










