MEDIAHARAPAN.COM, Bandara Suta – Kata Personal Acident alias (PA) cukup lama populer dikalangan anak muda di Jakarta. Biasanya hanya ditempatkan bagi seseorang yang lagi dikesalin atau dibanyolin seseorang lainnya. Namun kata ‘PA’ kali ini cocok diberikan pada Lion Air yang terus sibuk mempending keberangkatan penumpangnya malam ini.
Sepanjang pengalaman terbang yang dirasakan entah keberapa kali peristiwa ini di alami, apalagi di musim liburan atau waktu-waktu tertentu. Tidak sedikit penompang yang terpaksa sabar karna seperti sudah merasa tidak aneh bahkan tidak sedikit yang ngomel-ngomel dengan marah nya.
Jika melihat dari papan pengumuman sepertinya sudah ada prediksi akan terjadi. Tertulis ada aturan jika keberangkatan terlambat 2 jam akan diberikan Snack dan makan, jika terlambat 4 jam akan ganti 300rb, jika terlambat 6 jam akan diganti seluruhnya atau diganti jadwal keberangkatannya. Ini tak lebih seperti permen penghibur penompang yang lagi kesal.
Bagaimana jika penumpang yang sudah memiliki agenda khusus dengan dalam keberangkatan nya. Tentu gula permen diatas tak ada harganya; berapa bisnis terpaksa batal, berapa pegawai yang terpaksa absen terlambat atau tidak ngantor, pertemuan istimewa yang kacau gegara keterlambatan dan batal penerbangan, terpaksa tidur di bandara karena tak ada lagi transportasi untuk transit ketempat lain dan kampung halaman.
Bagi yang agak lumayan dokunya mungkin mudah bilang kenapa gak naik pesawat yang mahal saja seperti Garuda atau yang lain kan sudah di jamin on time. Kenapa gak pesawat lain atau naik dan darat saja dengan waktu habis dijalan.
‘PA’ nya lagi, jadwal penerbangan selalu dibuka dan promosi waktu yang menarik serta rayuan pulau kelapa “kami siap melayani anda”. Lebih ‘PA’ lagi ketika bicara soal disiplin yang di infokan kepada penumpang “jika terlambat chek-In 60 menit sebelum keberangkatan tiket anda terpaksa hangus”, meski harganya mendekati Rp. 1 Jutaan” juga. Gak percaya, coba saja coba sendiri, he.he.he
Bagi perusahaan Lion Air seperti nya tetap gak masalah karena tidak pernah dirugikan, namun bagi para penumpang tetap dalam posisi menderita dan selalu tidak bisa berbuat apa-apa. Inilah salah satu bentuk sukses kapitalis “enak bagi gue susah buat loe”.
Mau protes buat pesawat sendiri, buat bandara sendiri; bukan urusan gue, kalau lue butuh beli tiketnya dan ikut aturan seenak kami, kalau gak tak usah terbang sama kami karena banyak penumpang lain yang selalu selalu antri dengan pesawat kami dan pasti nya kami tak akan pernah merugi. Sepertinya begitulah kira-kira style Lion Air hari ini PA nya sudah ketalungan dan sudah tidak merasa malu. (GEF)
(Catatan dari salah satu korban Lion Air dari sekian banyak korban lainnya)