MEDIAHARAPAN.COM, Kuala Lumpur – Malaysia mengecam keras keputusan Amerika Serikat (AS) yang menggabungkan konsulatnya di Yerusalem dengan kedutaan besarnya.
“Ini tidak hanya mempertanyakan kredibilitas AS sebagai mediator dalam konflik Palestina-Israel, tetapi juga tujuan akhir mereka di Timur Tengah,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan pada Senin (4/2/2019).
Pernyataan itu menyebut langkah AS sebagai langkah “malang” terbaru yang diambil, karena melawan Palestina dan rakyatnya.
Pada hari Minggu, AS mengumumkan penutupan konsulatnya di Yerusalem dan menggabungkannya dengan kedutaan besarnya, secara efektif menurunkan status misi diplomatik utamanya ke Palestina.
Langkah ini akan mulai berlaku pada hari Senin, mengakhiri sejarah 175 tahun konsulat dan menyerahkan tanggung jawab untuk hubungan AS dengan Palestina kepada Duta Besar AS untuk Israel, David Friedman.
Malaysia mengatakan keputusan itu adalah “tabir asap” untuk menyamarkan upaya Washington membuka kedutaan besar di Yerusalem.
Langkah itu akan “membunyikan lonceng kematian” untuk solusi dua negara yang didukung oleh sebagian besar komunitas internasional, kata kementerian itu.
Mereka mengulangi dukungan untuk solusi dua negara berdasarkan perbatasan pra-1967 dan mengatakan akan terus menentang setiap tindakan yang merusak upaya perdamaian.
Presiden AS Donald Trump memicu kemarahan internasional pada tahun 2017, karena mengumumkan rencana untuk memindahkan kedutaan besarnya di Israel ke Yerusalem dan mengakui kota itu sebagai ibu kota Israel.
Sejak langkah Mei lalu, kepemimpinan Palestina di Ramallah telah menolak peran mediasi oleh AS dalam proses perdamaian Timur Tengah yang hampir mati.
Hukum internasional terus memandang Yerusalem Timur, bersama dengan seluruh Tepi Barat, sebagai “wilayah pendudukan” dan menganggap semua pembangunan permukiman Yahudi di sana ilegal. (Anadolu/bilal)