Oleh: Izzul Muslimin
MEDIAHARAPAN.COM – Ketika Aliansi Pencerah Indonesia (API) menyatakan akan menyumbangkan 25,7 juta suara warga Muhammadiyah untuk Prabowo-Sandi, ada beberapa pihak yang mengomentari pernyataan tersebut. Salah satu komentar yang menurut saya cukup argumentatif datang dari Fahd Pahdepie (FP), anak muda Muhammadiyah yang secara terbuka menyatakan dukungannya untuk Jokowi.
Secara pribadi saya mengagumi FP sebagai anak muda Muhammadiyah yang cukup sukses dan berprestasi bagus. Namun tidak ada salahnya jika saya mengkritisi argumentasinya.
Dalam salah satu argumentasinya, FP mempersoalkan angka 25,7 juta klaim API. FP menyoal jumlah warga Muhammadiyah. Menurut FP, warga Muhammadiyah jumlahnya di bawah 25 juta. Bahkan menurut FP jumlah orang Muhammadiyah hanya sekitar 12 juta. Itu berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh LSI Denny JA.
Sebagai orang yang mengaku pernah bekerjasama dan berguru dengan Denny JA, sah-sah saja jika FP menggunakan survey LSI Denny JA untuk menghitung jumlah orang Muhammadiyah. Tapi yang jelas hingga saat ini belum pernah ada sebuah sensus yang serius untuk mengetahui jumlah sebenarnya orang yang mengaku Muhammadiyah.
Kalau kita mau jujur, jika ukuran Muhammadiyah seseorang itu didasarkan kesediaannya mengurus kartu anggota, maka sesungguhnya jumlah orang Muhammadiyah itu sedikit sekali. Bahkan hingga hari ini tidak sampai 1,5 juta orang yang punya nomor baku Muhammadiyah. Itupun sebagian sudah wafat.
Tapi tentu bukan itu yang kita maksudkan dengan warga Muhammadiyah. Warga Muhammadiyah bisa kita nisbahkan kepada mereka yang pernah bersentuhan dengan berbagai kegiatan Muhammadiyah seperti misalnya mereka yang pernah mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah, karena mereka ternyata juga punya kebanggaan pernah menjadi anak didik Muhammadiyah.
Memang kalau mereka ditanya pasti tidak semua akan mengaku Muhammadiyah. Bagi mereka, menjadi Muhammadiyah itu sakral, ada tuntutan tertentu untuk berani mengaku Muhammadiyah. Tapi insya Allah mereka menjadi bagian dari warga Muhammadiyah.
Di samping itu, banyak juga aktivis Muhammadiyah yang posisinya menjadi minoritas kreatif di lingkungannya sehingga memiliki banyak pengikut dan anak buah yang tidak selalu mengaku Muhammadiyah, tetapi mereka biasanya mengikuti apa yang menjadi opini dan sikap tokoh Muhammadiyah tersebut.
Angka 25,7 juta sebenarnya adalah angka yang sangat rasional ketika kita mau membuka mata berapa kekuatan Muhammadiyah di bawah hingga cabang dan ranting. Muhammadiyah juga punya ratusan perguruan tinggi yang jumlah mahasiswanya 10% dari total jumlah Mahasiswa di Indonesia. Muhammadiyah punya puluhan ribu PAUD dan TK. Punya ribuan SD, SMP, SMA, SMK dan Pesantren. Muhammadiyah juga punya ratusan panti asuhan, amal usaha kesehatan dari poliklinik hingga rumah sakit. Dalam bidang ekonomi Muhammadiyah juga memiliki ratusan Baitul Maal dan Baitut Tamwil serta BPRS. Semua amal usaha tersebut tentu digerakkan dan melayani jutaan orang.
Mungkin tidak semua mau mengaku orang Muhammadiyah. Tapi mereka punya keterkaitan dan hubungan baik dengan Muhammadiyah.
Tentu apa yang saya sampaikan tersebut masih dianggap FP sebagai argumentasi tanpa angka. Lalu darimana jumlah 25,7 juta itu? Baiklah, saya perlu sampaikan bahwa angka 25,7 juta bukanlah lahir dari langit begitu saja, tapi kami sudah menghitungnya. Memang terlalu panjang lebar jika harus menjelaskannya. Namun bagaimana jika kita gunakan logika LSI Denny JA saja?
Jika ada 12 juta orang Muhammadiyah, dan 9 juta diantaranya pemilih 02, lalu 9 juta itu mempengaruhi lingkungan sekitarnya dengan cukup mengajak 2 orang saja, maka ada 27 juta orang yang bisa diajak untuk memilih Prabowo Sandi. Bahkan jumlahnya melebihi 25,7 juta.
Simple saja kan? Artinya saya mau mengajak FP untuk memahami bahwa angka 25,7 juta itu bukan given. Tetapi jika API menggerakkan orang Muhammadiyah untuk mau mengajak keluarga dan lingkungan terdekatnya memilih Prabowo Sandi, angka 25,7 juta itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Bahkan sebenarnya terlalu kecil. Wallahu a’lam. (RIL/bilal)