MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi rentan dialami lansia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis hipertensi.
Hipertensi juga berhubungan langsung dengan gaya hidup dan pola makan. Lansia hipertensi pantang mengkonsumsi garam berlebih dan mengurangi kebiasaan minum kopi.
“Jangan sampai sudah ketahuan hipertensi, masih saja konsumsi garam berlebih dan minum kopi. Itu bahaya,” kata Heni Apriani Selan, mahasiswi Program Studi Apoteker Universitas 17 Agustus 1945 (UTA) Jakarta kepada lansia peserta penyuluhan di Yayasan Pondok Kasih Persaudaraan Jakarta Utara, Jumat (5/7/2019).
Menurut Heni, ada dua cara pengobatan terhadap pasien hipertensi. Yaitu, pengobatan dapat dilakukan melalui perawatan non farmakologi dan pengobatan farmakologi. “Kalau sudah ketahuan hipertensi, lakukanlah pengobatan farmakologi dengan cara rutin kontrol ke Puskesmas. Lalu ada juga perawatan non farmakologi seperti olahraga. Jadi kami minta para lansia agar olahraga rigan dan sering kontrol ke puskesmas,” terangnya.

Sementara itu, Dosen Farmasi UTA Jakarta, Diana Laila Ramatillah menjelaskan, penyakit kardiovaskular ini kerap tidak disadari penderita karena merasa sehat dan tanpa keluhan. Untuk itu, ia menganjurkan lansia agar sering periksa kesehatan di Puskesmas terdekat.
“Kami mengingatkan para lansia untuk selalu periksa kesehatan di Puskesmas terdekat agar tahu menderita hipertensi atau tidak. Sebab penyakit ini termasuk penyakit yang pembunuh diam-diam. Karena penderitanya merasa sehat-sehat saja,” ujar Ramatillah
Ramatillah menambahkan, penderita hipertensi memiliki tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg. Artinya, jika tidak segera ditangani segera akan menyebabkan penyakit komplikasi. Mulai dari gangguan fungsi jantung koroner, gangguan ginjal, stroke, hingga kerusakan otak dan mata.
Hipertensi di Indonesia, merupakan penyakit penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis. Jumlahnya mencapai 6,8 persen dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia. (Cecep Gorbachev)












