MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta— Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Andi Amran Sulaiman menjalin sinergi dengan sejumlah instansi, selain menggerjakan beberapa program lain yang langsung menyasar petani dan komoditas pangan.
Anggota DPD RI dari Lampung, Anang Prihantoro, menilai keputusan Menteri Amran tersebut merupakan langkah inovatif dan mulai membuahkan hasil.
“Itu langkah maju dan inovatif. Misalnya, pelibatan TNI dan KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) benar-benar terasa geregetnya,” ujarnya saat dihubungi di Jakarta, Sabtu (8/7/2017).
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) ini kemudian mencontohkan dengan distribusi pupuk bersubsidi sudah tepat sasaran. “Artinya, penyimpangan oleh oknum-oknum sudah langka,” jelasnya.
Begitu pula dengan terbongkarnya sejumlah kasus penimbunan kebutuhan pokok oleh Satuan Tugas (Satgas) Pangan.
“Ini bukti kerja keras dan seriusnya Pemerintah hadir melayani masyarakat,” pungkas mantan Ketua Umum Serikat Tani Indonesia (Sertani) itu.
Menteri Amran diketahui menginisiasi pembentukan Satgas Pangan dan melibatkan Polri, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), dan KPPU, selain Kementan sebelum Ramadan lalu.
Sejak eksis dan hingga kini, sedikitnya 212 kasus berhasil dibongkar Satgas Pangan. Rinciannya, 105 kasus terkait bahan kebutuhan pangan dan 107 lainnya non-pokok
Program Upaya Khsusus (Upsus) Padi, Jagung, dan Kedelai (Pajale) pun dijalankan dengan melibatkan TNI dengan tujuan menambah luas lahan pertanian hingga meningkatkan produktivitas ketiga komoditi tersebut.
Hasilnya pun mulai terlihat. Hingga semester I 2017, tercatat pemenuhan kebutuhan beras dan jagung dalam negeri tidak disuplai produk impor. Hanya tinggal kedelai yang kini tengah difokuskan guna meningkatnya hasil produksi.
Menteri Amran pun menginisiasi program Serap Gabah Petani (Sergap) dengan merangkul Bulog untuk membeli hasil panen ketika stok berlimpah.
Dus, kesejahteraan petani pun meningkat. Indikator pertama, penduduk miskin di perdesaan pada September 2016 menjadi 17,28 juta jiwa dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya 17,89 juta jiwa.
Kedua, gini rasio September 2016 sebesar 0,316, turun dibandingkan September 2015 sebesar 0,329. Ketiga, Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2016 mencapai 101,65 meningkat 0,06 persen dibandingkan NTP 2015 yang sebesar 101,59.
Indikator NTP Mei 2017 kembali naik menjadi 0,14 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Upah buruh tani pun demikian, naik 0,29 persen.
Keempat, Nilai Tukar Usaha Petanian (NTUP) rata-rata nasional tahun 2016 di posisi tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Yakni, mencapai 109,86 atau naik 2,3 persen dibanding 2015. (myw)