MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak angkat bicara seputar polemik Kebijakan Kemendikbud RI tentang program Lima Hari Sekolah. Dahnil mengatakan bahwa ide awal program tersebut bukan dari pribadi Mendikbud Prof Dr Muhadjir Effendi.
“Setelah berdialog dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menemukan fakta, Mendikbud tidak pernah membuat kebijakan dengan nomenklatur “Full Day School” namun di Sayangkan narasi Seolah Akan didorong full day school terus diproduksi sehingga muncul perspektif mendikbud mendorong Sekolah satu Harian penuh.
Menurut Dahnil terkesan adanya penggiringan opini, publik Sengaja disesatkan oleh berbagai narasi-narasi yang cenderung politis penuh dengan upaya membunuh karakter Mendikbud.
Pemuda Muhammadiyah menilai, permendikbud 23 tahun 2017 tentang Hari Sekolah yang disesatkan menjadi “full Day School” tersebut oleh beberapa pihak, berorientasi pada implementasi “Penguatan Pendidikan Karakter”,
“justru, Bagi Kami, Mendikbud berusaha melaksanakan visi revolusi mental yang menjadi visi utama Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla.” tegas Dahnil.
Dikatakannya, Kekhawatiran bahwa Permendikbud tersebut Akan merugikan madrasah Diniyah justru tidak beralasan, sebab melalui Permendagri tersebut Madrasah Diniyah Justeru memiliki kesempatan lebih luas dikoneksikan dengan Sekolah Umum sehingga MI bisa berkembang bersamaan dengan Sekolah Umum dalam mencerdaskan anak bangsa, khususnya dalam upaya penguatan karakter.
“Mendikbud Prof Dr Muhadjir Effendi yang Kami kenal adalah orang yang Tegar dan Tegas dengan pendirian beliau. Bila Ikhtiar ikhlas beliau menindaklanjutkan instruksi Presiden untuk menguatkan Pendidikan karakter Untuk merealisasikan visi revolusi mental masih belum dipahami sebagian kelompok tertentu sehingga memunculkan istilah dan narasi yang dianggap menyesatkan, Meski Sudah dijelaskan secara langsung, dan Sudah dapat diterima dengan baik melalui dialog.” ungkap Dahnil.
Dahnil meyakini, bahwa Mendikbud Akan bersikap proporsional dan tegas, karena baginya Jabatan menteri bukan tujuan sehingga kapan saja beliau pasti siap melepaskannya.
“Memberikan kontribusi mencerdaskan dan mendorong perubahan akhlak anak bangsa adalah tujuan utama beliau.” Tandas Dahnil. (MH007)