Berawal dari peristiwa di Asrama Mahasiswa Papua, yang dikabarkan tidak mau memasang bendera merah putih saat perayaan Hari Kemerdekaan RI Ke-74, Sejumlah orang dari Ormas dan aparat TNI/POLRI serta Satpol PP mendatangi Asrama.
Mereka datang membawa amarah Jiwa Nasionalisme karena dikabarkan Mahasiswa Papua tidak mau memasang bendera merah putih, bahkan tersebar isue bahwa bendera dibuang ke got di depan asrama.
Terjadi kericuhan kecil dan adu suara antara mahasiswa dan mereka yang mendatangi asrama, dan berhujung pada lontaran kasar Rasialisme “Monyet” ditujukan kepada mahasiswa papua yang saat itu juga terbawa emosi akibat “pengepungan”.
Walhasil, dari kasus bendera dan kalimat “Monyet” menyulut emosi warga papua dan melahirkan pergerakan aksi massa baik di papua dan sejumlah kota lainnya, bahkan hingga ke depan Istana Presiden di Jakarta.
Pergerakan massa yang awalnya memprotes Rasialisme kemudian melebar pada tuntutan REFERENDUM Papua Merdeka dengan Bendera Bintang Kejora berkibar gagah berani dalam setiap aksi massa di Papua dan daerah lainnya serta di depan Kantor Presiden RI yang Nota Benenya merupakan Jantung pertahanan dan kehormatan serta kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tuntutan Referendum menjadi puncak klimaks massa aksi yang kian hari kian masif dan beringas hingga mengakibatkan pembakaran Kantor dan fasilitas umum bahkan menewaskan anggota TNI dan melukai beberapa personil Polri.
Ironisnya, Peristiwa tewasnya anggota TNI dan terlukannya anggota Polri terjadi sesaat setelah Menkopolhukam Wiranto, Kapolri, Panglima TNI turun langsung ke Papua dan mengatakan kondisi papua sudah mulai beransur stabil.
Nampaknya Upaya-upaya baik diplomasi maupun penanganan prepentive yang dilakukan Pemerintahan Jokowi melalui Tim Worknya gagal, kerusuhan makin meluas hingga pembakaran Kantor dan sarana umum, bahkan tokoh-tokoh Papua Barat mealui video yang di share ke media sosial semakin gencar menyerukan kemerdekaan Papua.
Diketahui sebelumnya, Papua merupakan salah satu basis pendukung militan Jokowi-Ma’ruf dalam Pilpres 2019 lalu, pasangan 01 ini meraup suara terbanyak dan jauh meninggalkan pasangan Capres Prabowo-Sandi.
Simalakama
Realita ini nampaknya menjadi “Simalakama” bagi Jokowi dalam mengambil keputusan dan menindak tegas para perusuh yang berusaha merongrong kedaulatan NKRI yang secara otomatis juga mendelegemetasi kehormatan kekuasaannya dimata Publik baik nasional maupun internasional.
Berkibarnya bendera Bintang Kejora yang dibawa massa aksi didepan pagar Istana tanpa adanya usaha merebut secara paksa atau menindak pembawa dan pengibar bendera menjadi tanda tanya besar rakyat Indonesia. Karena Bendera Bintang Kejora merupakan simbol perlawanan dan simbol Kemerdekaan Papua Barat.
Seolah terjadi pembiaran karena tidak adanya tindakan represif dari aparat, sehingga terkesan Pemerintahan Jokowi takluk dan tunduk dengan para pendukung Bintang Kejora yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Alih-alih menindak, pihak Istana berdiplomasi bahwa pihaknya tidak menindak karena tidak ingin terpancing provokasi. Namun kemudian pihak Kepolisian dalam hal ini Kapolri dengan tegas menyatakan akan menindak para pengibar Bendera Bintang Kejora.
Nampaknya Presiden Jokowi merasa serba salah dalam menyikapi kisruh Papua ini, karena ibarat pepatah tua “maju kena mundur kena” dan menjadi simalakama bagi Jabatan dan pemerintahan yang dipimpinnya.
Publik berharap Jokowi sebagai Presiden dan Pemerintahan yang dipimpinnya Fair Play serta tegas dalam bersikap dan bertindak karena Kehormatan Indonesia sebagai Bangsa dan Negara tengah dipertaruhkan dalam kasus yang telah disorot oleh dunia Internasional ini.
Semoga kerusuhan di Papua dan Papua Barat tidak berlanjut agar kedamaian tercipta di bumi Pertiwi tercinta, INDONESIA.!