• Redaksi
  • Kode Etik
Media Harapan
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
Media Harapan
No Result
View All Result
Home Citizen

“Saya Indonesia. Saya Pancasila,” Strategi Marketing Presiden Jokowi

by Media Harapan
6 June 2017 11:05
in Citizen, Featured, Opini
0

Oleh : Hersubeno Arief
Konsultan Media dan Politik

Sudah sempat mendengarkan lagu “Saya Indonesia. Saya Pancasila” yang dinyanyikan oleh Presiden Jokowi?

Rekaman lagu tersebut tersebar di sejumlah paltform media sosial (medsos) dalam sepekan terakhir, bersamaan dengan peluncuran kampanye dengan tagline yang sama, untuk menyambut Hari Lahir Pancasila 1 Juni.

Lagu berdurasi 33 detik itu dinyanyikan oleh Presiden Jokowi. Dalam partitur yang juga tersebar di medsos, lagu yang digubah oleh komponis Theo Sunu Widodo itu syairnya digubah sendiri oleh Jokowi.

Jadi selain bisa bernyanyi, ternyata Jokowi juga bisa menciptakan syair. Sebuah talenta luar biasa yang selama ini jarang diketahui publik.

Suaranya cukup merdu dan masuk kategori bariton. Jenis tengah suara pria antara tenor dan bass.

Suara Jokowi terdengar serius dan bersemangat ketika mengucapkannya. Ada sedikit nada gembira yang terasa. Syairnya sangat mudah berupa repetisi “Saya Indonesia. Saya Pancasila,” yang diulang sebanyak empat kali, dengan frasa yang persis sama. Seorang teman yang sempat mendengarkan berkomentar sambil tertawa, “Kok kayak lagu anak-anak ya?”

Benar. Beberapa anak usia pra sekolah usia 3-4 tahun yang mendengarkan, dengan cepat dapat menirukan lagu tersebut dengan tepat. Tidak ada satupun kesalahan kata. Ini sungguh luar biasa, sesuatu yang semula dikira hanya main-main, ecek-ecek, malah ada yang meremehkan dan menertawakan, namun sesungguhnya mengandung strategi marketing jempolan.

Tim kreatif yang merancang kampanye “produk” ini benar-benar memahami dan memanfaatkan semaksimal mungkin strategi dengan menggunakan brand ambassador dengan target terciptanya brand awareness.

Jokowi sebagai brand ambassador

Pemilihan Presiden Jokowi sebagai brand ambassador alias duta merek menunjukkan kampanye “Saya Indonesia. Saya Pancasila” adalah proyek atau program yang sangat serius.

Hari lahir Pancasila 1 Juni baru ditetapkan pemerintah sejak tahun 2016, setelah Jokowi berkuasa. Ini bukan barang baru. Ketika Soekarno berkuasa tanggal 1 Juni juga telah ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila.

Tahun 1967 Soeharto mengambil alih kekuasaan, dan pada tahun 1970 peringatan itu ditiadakan. Sebagai gantinya kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Oktober. Yakni peringatan atas keberhasilan rezim Orde Baru “menyelamatkan” Pancasila dari pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI). Adagium “sejarah ditulis oleh para pemenang” sungguh benar adanya.

Kembali lagi ke soal brand ambassador, dengan memilih Presiden Jokowi, tim kreatif bertindak tidak tanggung-tanggung. Siapa lagi brand ambassador yang paling tepat untuk mengendorse Pancasila sebagai idiologi dan dasar negara, kalau bukan seorang kepala negara?

Bila yang dipilih sebagai brand ambassador adalah seorang artis, seperti kebanyakan produk-produk komersial, maka pesan yang akan disampaikan kurang mengena.

Tolong sebutkan siapa nama-nama artis tenar yang banyak digunakan sebagai brand ambassador?. 

Mulai dari Agnes Monica yang punya follower jutaan. Penyanyi Raisa yang tidak kalah populernya di kalangan anak muda, atau komedian seperti Sule.

Bila mereka yang dijadikan model, mungkin pesan yang diterima publik bisa salah.

Agnes Monica memang populer dan malah sedang mencoba Go internasional. Tapi kan target Pancasila yang paling penting saat ini adalah pasar domestik Indonesia.

Bila Raisa yang dipilih, jangan-jangan akan banyak yang kecewa. Belum lama ini acara lamarannya membuat banyak pria lajang, maupun pria yang merasa seolah-olah masih lajang, sak-Indonesia patah hati dan terluka. Bagaimana dengan Sule? Pancasila ini soal serius, jangan dibawa becanda.

Pilihan terhadap para artis juga akan menjadikan target audience-nya lebih segmented. Padahal yang menjadi target kampanye adalah seluruh warga Indonesia.

Jadi Jokowi sebagai brand ambassador sudah tepat. Tidak ada figur lain yang bisa menjadi personifikasi simbol negara, selain seorang Presiden sekaligus Kepala Negara.

Strategi brand awareness

Pengulangan frasa “Saya Indonesia. Saya Pancasila” adalah sebuah bentuk majas/gaya bahasa repitisi. Dalam repitisi tujuannya adalah penekanan. Pengulangan seluruh kata atau bentuk lain yang mempunyai arti kata yang sama.

Tujuannya adalah brand awareness, pengenalan produk agar segera menancap di benak konsumen. Produk yang dikenalkan menjadi top of mind.

Dalam iklan, aplikasinya dalam bentuk loop atau iklan yang diulang-ulang. Masih ingat iklan minuman larutan yang dibintangi oleh Deddy Mizwar “ yang ada badaknya ya” dilakukan berulang-ulang. Atau iklan obat sakit kepala “Sakit kepala? Ya minum Mixagrip.” Masih banyak contoh-contoh lain iklan looping, atau juga disebut iklan back to back.

Keuntungan iklan loop setidak ada dua. Pertama, membuat produk dapat segera menancap kuat di benak konsumen. Kedua, secara budget menjadi murah, karena durasinya yang pendek, hanya sekitar 5 detik.

Sementara dalam era digital, iklan yang pendek dan diulang akan mempunyai dampak word of mouth marketing, pemasaran mulut ke mulut yang kuat dalam bentuk Facebook to Facebook, WhatsApp to WhatsApp, Line to Line atau berbagai platform medsos lainnya.

Perhatikan lagu “Saya Indonesia. Saya Pancasila,” yang diulang sebanyak empat kali dalam durasi 33 detik. Bila dipotong bisa menjadi hanya 7-8 detik saja. Jadi dalam 15 detik frasa “Saya Indonesia.Saya Pancasila” bisa diulang dua kali. Strategi marketing yang cerdik, memperhitungan cost and benefit.

Kelemahan dari iklan model ini bisa menimbulkan kesal konsumen. Nyebelin, ngeselin. Apalagi bila yang menonton sedang putus cinta, atau malah sedang sakit gigi.
Pemilihan jam tayangnya tidak tepat, pesannya dianggap terlalu memaksa, atau malah dianggap sebagai brain washing, bisa membuat iklan semacam ini backfire.

Pesan yang salah

Iklan dengan tagline “Saya Indonesia. Saya Pancasila” secara brand awareness tampaknya sangat berhasil. Di platform medsos iklan itu berhasil menjadi content generator karena banyak pesohor maupun rakyat biasa yang ramai-ramai memasang fotonya di samping tagline tersebut, secara sukarela.

Sayangnya content yang sudah massif terbesar tersebut banyak yang mengkritisi. Frasa “Saya Pancasila” dinilai salah, tidak tepat karena bisa mengundang tafsir makna yang berbeda.

Pancasila dipersonifikasi dalam bentuk figur presiden, pejabat tinggi, artis, maupun rakyat biasa. Sementara kata “saya” bisa menjadi faktor pemecah belah karena lawannya adalah “kamu” yang tidak Pancasila.

Agar kampanye tentang Pancasila lebih tepat mengena, agaknya ada perlu sedikit revisi content-nya. Di medsos banyak alternatif yang bisa dipertimbangkan.

Misalnya “Saya/kita Pancasilais. Kamu/kalian juga khan.” “Kita Pancasilais. Kita Cinta Indonesia.” Jadi pesannya lebih merangkul. Pancasila menjadi milik semua.

Kalau mau merangkul kalangan umat Islam dan merangkul TNI sekaligus juga bisa diterima oleh sebagian besar bangsa Indonesia, bisa menggunakan frasa “Saya Pancasilais. Saya Anti Komunis,” atau “Kita Pancasilais Sejati. Kita Anti PKI.” Bukankah Presiden Jokowi pernah menyatakan akan menggebuk PKI?

Masih banyak frasa yang lebih merangkul, melibatkan dan menggerakkan bangsa Indonesia agar lebih mencintai Pancasila.

*Bukankah Pancasila adalah dasar negara yang harus terus kita tancapkan di dalam dada semua anak bangsa?Bukan hanya di dadamu. Tapi juga di dadaku. end

Comments

comments

Previous Post

Mengapa Amien Rais di Jadikan Target Operasi?

Next Post

PEMIMPIN YANG TAKABUR

Media Harapan

Next Post

PEMIMPIN YANG TAKABUR

BERITA POPULER

“Saya Indonesia. Saya Pancasila,” Strategi Marketing Presiden Jokowi

6 June 2017 11:05
10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

28 August 2023 14:39
Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

4 October 2022 09:04
Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

3 April 2019 23:32
Judi Offline

Judi Offline

6 November 2023 23:19
Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

29 April 2019 08:25

BERITA TERBARU

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

13 October 2025 10:15
Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

11 October 2025 09:42

Follow Us

Media Harapan merupakan web portal berita berbasiskan citizen jurnalism yang menyajikan berbagai peristiwa yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Semua materi dalam situs mediaharapan.com boleh di copy guna keperluan pengembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya peningkatan inteligensi pemuda-pemudi Indonesia dan referensi non komersil dengan mencantumkan mediaharapan.com sebagai sumbernya. Semua masyarakat khususnya pemuda-pemudi Indonesia dapat berpartisipasi sebagai citizen jurnalism dengan mengirimkan rilis, informasi, berita, artikel, opini atau foto untuk dipublikasikan melalui alamat email Redaksi.

Recent News

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
  • Redaksi
  • Kode Etik

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia