MEDIAHARAPAN.COM, Turki – Para pemimpin Turki mengutuk Jerman pada hari Jumat karena membatalkan pawai dukungan warga Turki terkait referendum Turki dan menuduh Berlin memberikan “shelter” untuk musuh Turki, seperti yang disampaikan Reuters.
Pertikaian diplomatik antara kedua negara menjadi semakin memuncak, Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kepada seorang wartawan Jerman yang meliput acara di Turki sebagai “agen Jerman” dan anggota dari sebuah kelompok militan Kurdi bersenjata.
Sebuah sumber di kementerian luar negeri Jerman pada Jumat malam mengatakan kepada Reuters bahwa tuduhan itu “tidak masuk akal”.
Sebelumnya, Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag, batal datang ke Berlin pada Kamis (2/2) lalu, padahal pertemuan itu sudah diagendakan oleh kedua negara NATO tersebut.
“Biarkan mereka melihat kembali sejarah mereka,” kata Bozdag dalam pidatonya. “Kami melihat penyakit lama bergejolak.” Lanjutnya.
Kota Cologne juga membatalkan sebuah acara di mana Menteri Ekonomi Turki Nihat Zeybecki menjadi pembicara pada hari Minggu besok. Polisi mengatakan tak lama setelah itu pertemuan kedua yang ia sedianya hadir di kota barat Frechen juga dibatalkan.
Zeybecki mengatakan ia masih berencana untuk pergi ke Jerman.
“Kami mengatakan kemenangan datang dari Tuhan … Aku akan pergi dari kafe ke kafe, rumah ke rumah,” katanya. “Tidak ada yang perlu dikuatir, kami akan tetap bertemu dengan warga negara kita di Jerman.” Sambungnya.
Diketahui, bahwa Jerman menganut sistem dwi-kewarganegaraan dan banyak warga Turki yang bekerja disana. Suara masyarakat Turki di Jerman sangat penting bagi pemenangan Erdogan dalam referendum April mendatang.
Kanselir Angela Merkel, berbicara di Tunisia, mengatakan pemerintahnya telah mengambil bagian dalam langkah yang diambil oleh dewan kota yang menurut salah satu walikota telah bertindak murni atas dasar keamanan.
Dia baru mengkritik penangkapan warga Turki, Deniz Yucel, kata seorang koresponden untuk koran Jerman Die Welt.
“Kami mendukung kebebasan berekspresi dan kita bisa mengkritik Turki,” katanya kepada wartawan.
Kementerian Luar Negeri Jerman mendesak Ankara untuk menahan diri dari “menuangkan minyak di atas api”. (MH029)