• Redaksi
  • Kode Etik
Media Harapan
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
Media Harapan
No Result
View All Result
Home Citizen

Zeng Wei Jian: ‘DEMOKRASI PANCASILA’ 

by Media Harapan
8 May 2017 00:49
in Citizen, Featured, Opini
0

Senior kita, Denny JA, merilis ajakan merekonstruksi Demokrasi Pancasila “yang diperbaharui”. Dia mengajak kita berpikir soal landasan filosofis bernegara. Sebuah ideal, a system, sebagai “the only game in town.”

Baginya, pasca Ahok, ada sesuatu yang memprihatinkan. Sekali pun bagi saya, orang-orang yang berisik soal keberagaman sambil menuding-nuding kelompok Islam merupakan kelompok ahistoris. Mereka mengidap delusi.

Ahok kalah bukan karena SARA. Itu cuma alasan dan alibinya. Raison d’être Ahok tumbang adalah keliru stratak, kalkulasi dan metodologi.

Sejak 98, saya berpikir soal sistem terbaik bagi Indonesia. Semuanya anomali. Akhirnya, saya nyerah. Berhenti memikirkan soal beginian. Perdebatan paling mendasar adalah sistem vs manusia.

Menurut D. Edwards Deming, sistem lebih penting dari manusia. Angka perbandingannya 95:5. Kaum Marxis juga mementingkan sistem. Sedangkan penganut eksistensialis tidak peduli dengan sistem. Manusia jadi pusat segalanya. Bila manusianya baik, maka sistem apa pun akan menghasilkan end result yang baik. Begitu juga sebaliknya.

Saya tidak tau mana yang benar. Segalanya relatif. Sama-sama benar, tergantung situasi dan kondisi partikelir.

Indonesia penuh anomali. Sampe sekarang, saya mengira, adalah sebuah keajaiban Indonesia masih ada. Harry Tjan Silalahi pernah menulis “Indonesia negara bukan-bukan”. Bukan negara agama, bukan sekuler, bukan demokrasi, juga bukan negara totaliter. Indonesia juga bukan negara sosialistik, tapi juga bukan kapitalis.

Hanya di Indonesia, empat peradaban hidup berdampingan secara bersamaan: tribal society, agraris, industri dan informasi teknologi.

Eropa hanya punya masyarakat industri dan IT. Botswana, Mozambique, Lesotho dan sebagainya belum masuk negara industri. Masih tribal dan agrarian society.

Selain itu, ada 1300-an suku dengan lingua franca berbeda mendiami 1700 pulau Indonesia. Di samping 186 kerajaan masih eksis sampai sekarang.

Diam-diam, berbagai faksi terlarang hidup berdampingan saat ini. Pengikut Sudisman, Tan Malakaist, Leninis, Maoist, Pecinta Che Guevara, Tan Ling Djiesme, Baperki, Stalinist, Rosa Luxemburg, anarco syndicalist, Trotskyist bergerak di samping marhaenis, wahabi, salafi, syiah, permusi, JI, LDII, kejawen, Jesuit, Freemasonry, Falun Dafa, animisme dinamisme dan ancient alien theorem.

Faktor geografis dan tipologi antropologis itu masih dibikin rumit dengan adanya berbagai macam aliran pemikiran, agama, mazhab dan sub sekte. Jurang antara si miskin dan kaya mengerikan. Menurut Oxfam, empat orang terkaya memiliki harta setara dengan kekayaan 100 juta penduduk.

Jadi, tidak penting bentuk negara atau sistem apa yang mesti dianut. Masalah kesejahteraan itu esensinya.

Islam sebagai kelompok mayoritas mesti ditempatkan di posisi sentral. Tirani minoritas sesuatu yang absurd. Pluralitas merupakan fakta. Namun fairness tidak berarti porsi sama rata antara mayoritas dan minoritas. Itu sama saja mengistimewakan minoritas. Sebuah ketidak-adilan bagi mayoritas.

Lieus Sungkharisma bilang, apalah arti sebuah nama. Serupa dengan William Shakepear yang berkata, “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.”

Lieus tidak sedang menjadi pujangga. Dia sedang bicara soal politik. Dia tidak keberatan bila Indonesia jadi negara Islam. Malah senang. Baginya, justeru minoritas akan lebih terlindungi. Contohnya Malaysia. Setau saya, tidak pernah ada pogrom atau hatze anti cina di sana.

Namun definisi “negara Islam” pun multi-interpretasi. Lebih rumit dari communist state. Antara Soviet Union, PRC, North Korea dan Cuba saja sudah lain. Sekalipun sama-sama masuk communist camp. Benar kata Denny JA, hanya sedikit orang menginginkan negara islam dan liberal-sekuler. Paling-paling Gunawan Muhamad dan Salihara yang ngga keberatan dengan tarian telanjang. Mayoritas orang akan bilang, “That’s insane.”

Ada kesadaran supra di balik alam bawah sadar manusia Indonesia. Mereka tau, ekstrimitas kiri dan kanan tidak tepat buat Indonesia.

Kubu intoleran hanya ada dalam hayalan segelintir orang. Faktanya, di Indonesia tidak pernah ada perempuan minoritas disiram air dan dipukuli hanya karena dia pakai liontin salib. Justeru di Eropa dan Amerika kerap ditemukan perempuan muslim dibully dan dipukuli di pinggir jalan. Hanya karena dia memakai hijab.

Jadi, menurut saya, Demokrasi Pancasila versi “yang diperbaharui” adalah stop menuding orang lain sebagai kelompok intoleran dan radikal sambil memasang foto Garuda Pancasila sebagai Profile WA. Menuding-nuding orang lain seperti itu justru sebuah penghianatan Pancasila dan demokrasi itu sendiri.

THE END

Comments

comments

Tags: AhokDEMOKRASI PANCASILAZeng Wei Jian
Previous Post

Ketua Pansus: Semua Rekomendasi Hakikatnya Untuk Membangun Kota Solok 

Next Post

Longmarch 28/4 : ‘Berkibarlah Benderakoe’ 

Media Harapan

Next Post

Longmarch 28/4 : 'Berkibarlah Benderakoe' 

BERITA POPULER

Zeng Wei Jian: ‘DEMOKRASI PANCASILA’ 

8 May 2017 00:49
10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

28 August 2023 14:39
Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

3 April 2019 23:32
Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

4 October 2022 09:04
Judi Offline

Judi Offline

6 November 2023 23:19
Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

29 April 2019 08:25

BERITA TERBARU

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

13 October 2025 10:15
Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

11 October 2025 09:42

Follow Us

Media Harapan merupakan web portal berita berbasiskan citizen jurnalism yang menyajikan berbagai peristiwa yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Semua materi dalam situs mediaharapan.com boleh di copy guna keperluan pengembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya peningkatan inteligensi pemuda-pemudi Indonesia dan referensi non komersil dengan mencantumkan mediaharapan.com sebagai sumbernya. Semua masyarakat khususnya pemuda-pemudi Indonesia dapat berpartisipasi sebagai citizen jurnalism dengan mengirimkan rilis, informasi, berita, artikel, opini atau foto untuk dipublikasikan melalui alamat email Redaksi.

Recent News

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
  • Redaksi
  • Kode Etik

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia