• Redaksi
  • Kode Etik
Media Harapan
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
Media Harapan
No Result
View All Result
Home Citizen Jurnalisme Warga

​‎”أهوك Itu OTM (Operasi Tangkap Mulut)”

by Media Harapan
3 February 2017 09:57
in Jurnalisme Warga
0

Buya Gusrizal Gazahar

​‎Oleh: Buya Gusrizal Gazahar

Membela penista Al-Qur’an dengan menggunakan istilah Al-Qur’an yaitu “tabayyun”. Itulah yang dilakukan oleh أهوك dan para pembelanya. Dengan cara demikian, sepertinya mereka menganggap sangat cerdas dan merasa telah membalikan senjata sehingga memakan tuannya.

Walaupun أهوك cs sangat benci dengan Arab tapi tampaknya mereka lupa dengan kebencian yang telah berkarat itu demi membela kekeliruannya. Kata “tabayyun” yang nota bene berasal dari bahasa Arab mesti mereka pakai untuk menekan saksi-saksi termasuk Ketua Umum MUI (KH. Ma’ruf Amin).

Dalam pandangan saya, itu adalah kejahilan tingkat tinggi dan (bila ada)  yang membisikkan si أهوك dan para pembelanya dengan alasan seperti itu, orang itu juga sedang mengidap penyakit serius dalam penggunaan nalarnya.

Sebenarnya kalau mau memperpanjang masalah, أهوك cs menambah lagi catatan penistaannya karena kata dan istilah “tabayyun” merupakan istilah Qur’aniy. Mempergunakan kata dan istilah itu secara serampangan merupakan pelecehan terhadap ayat Allah swt dan mempertanyakan para ulama apalagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) oleh tim pembela أهوك yang tak mengerti maksud dan penafsiran kata tersebut juga merupakan pelecehan terhadap ulama dan lembaga keulamaan.

Tapi ya sudah, kajian seperti itu terlalu jauh bagi أهوك cs dan hanya akan dihadapi dengan tuduhan rasis, tidak objektif dan bisa saja dicap radikal bahkan teroris. 

Saya tak akan mengajari makna ayat 6 surat al-Hujurat tersebut kepada si أهوك dan konco-konconya karena tak ada gunanya bagi mereka penjelasan seperti ini melainkan hanya untuk menambah kekufuran saja.

Namun bagi umat yang latah dan terpengaruh pula dengan istilah “tabayyun” tersebut, renungkanlah !

Allah swt berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka buktikanlah (kebenaran berita itu) agar kamu tidak menimpakan sesuatu kepada suatu kaum yang menyebabkan kamu menyesal atas tindakanmu itu”. (QS. al-Hujurat 49:6)

Ayat ini turun dengan diawali beberapa peristiwa sebagai “sabab” turunnya ayat. Yang populer dari berbagai sabab turunnya adalah kisah al-Walid Ibn ‘Uqbah Ibn Abi Mu’ith yang diutus Rasulullah saw ke Bani al-Mushthaliq untuk memungut zakat. Perlu diketahui bahwa antara al-Walid dengan Bani al-Mushthaliq di masa jahiliyyah terjadi permusuhan. Ketika Kaum ia datang, kaum tersebut menyambutnya beramai-ramai sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi al-Walid dan menduga bahwa kaum itu ingin membunuhnya. Padahal Bani al-Mushtahliq melakukan itu untuk memuliakan utusan Rasulullah saw.

Al-Walid kembali kepada Rasulullah saw dengan dugaannya  dan berita bahwa Bani al-Mushthaliq menolak membayar zakat bahkan ingin membunuhnya.

Mendengarkan itu, Rasulullah saw marah dan bahkan terlintas keinginan untuk memerangi kaum itu.

Adapun Bani al-Mushthaliq ketika

Mendapatkan informasi bahwa al-Walid kembali maka mereka segera mendatangi Rasulullah saw untuk meluruskan persoalan. Mereka berkata:

يا رسول الله سمعنا برسولك فخرجنا نتلقاه ونكرمه ونؤدي إليه ما قبلناه من حق الله – عز وجل – ، فبدا له الرجوع ، فخشينا أنه إنما رده من الطريق كتاب جاءه منك لغضب غضبته علينا ، وإنا نعوذ بالله من غضبه وغضب رسوله ، فاتهمهم رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ، وبعث خالد بن الوليد إليهم خفية في عسكر 

“Ya Rasulallah ! Kami mendengar (kedatangan) untusanmu maka kami pun keluar menyambutnya, memuliakannya dan menunaikan kepadanya apa yang telah kami terima sebagai hak Allah ‘azza Wa jalla (zakat). Namun dia memutuskan kembali maka kami khawatir yang menyebabkan dia kembali adalah surat darimu karena kemarahanmu terhadap kami. Kaki berselindung kepada Allah dari amarah-Nya dan kemarahan Rasul-Nya.

Namun Rasulullah saw (setelah mendengar pernyataan itu) menganggap mereka tertuduh. Maka beliau pun mengutus Khalid ra bersama pasukan secara diam-diam ke tempat mereka”.

Rasulullah saw berkata kepada Khalid Ibn al-Walid ra:

انظر فإن رأيت منهم ما يدل على إيمانهم فخذ منهم زكاة أموالهم ، وإن لم تر ذلك فاستعمل فيهم ما يستعمل في الكفار

“Perhatikanlah ! Jika engkau lihat pada mereka itu hal yang menunjukkan keimanan mereka maka ambillah zakat harta mereka. Jika tidak, maka pergunakanlah (langkah) untuk mereka itu sebagaimana yang dipergunakan terhadap orang-orang kafir !”. (Tafsir al-Baghawiy).

Akhirnya Khalid ra berangkat secara diam-diam dan menemukan mereka menunaikan sholat Maghrib dan ‘Isya maka Khalid ra memutuskan untuk menerima zakat mereka.

Bagi siapa saja yang mau menggunakan akal sehat untuk memahami kisah itu dan mempelajari kalimat “tabayyun”, akan mudah menilai bahwa si أهوك dan para pembelanya hanyalah berlindung dibalik kalimat “tabayyun” yang tidak mereka fahami.

Mereka menginginkan MUI menanya tuan mereka (si أهوك) apakah maksudmu menista ulama dan ayat Al-Qur’an ? Bila mulut yang telah berulangkali mengumbar kata-kata tak beradab itu menjawab “tidak” maka terimalah pernyataan itu sebagai ungkapan perasaan hati tuan mereka.

He he, saya jadi geli melihat logika tunggang langgang yang mereka pakai.

Ketahuilah ! Tabayyun itu bertujuan untuk membuktikan kebenaran berita bukan untuk memeriksa lipatan hati si أهوك yang jelas-jelas tidak mengimani ayat 51 surat al-Maidah tersebut.

Dengan diunggahnya pidato si أهوك oleh pihak resmi dan dalam pidatonya dia menggunakan bahasa Indonesia yang tidak rumit dimengerti serta menggunakan kata-kata yang lugas dan tegas “dibohongi pakai al-Maidah 51” maka itu telah cukup menjadi bukti kebenaran khabar.

Kalau setiap kalimat yang lugas atau “sharih” perlu dipertanyakan juga maksudnya, itu namanya “gagal faham”. 

Barangkali ini lah penyebab utama kenapa penista agama tidak ditangkap karena penguasa memahami kata “tangkap” maksudnya “kawal” !

Jadi, dua motivasi untuk ber”tabayyun” yaitu kesangsian kepada “pembawa khabar” dan “esensi khabar” sebenarnya sudah tidak ada. Sebenarnya cukup dengan membuktikan kebenaran video yang diunggah itu maka MUI telah bisa menetapkan sikap keagamaannya.

Pengunggahnya adalah mereka yang dalam kekuasaan si أهوك dan beritanya berisikan kalimat yang terang benderang yaitu berasal dari kata “bohong” yang menunjukkan konitasi negatif. Yang dituduh adalah  umat bahkan ulama yang mengimani ayat itu. Alat yang dipakai untuk berbohong adalah ayat Allah swt dan disampaikan dalam forum umat yang meyakini bahwa ayat itu adalah bagian dari Kitab Suci Mereka yaitu Al-Qur’an al-Karim oleh si أهوك yang kafir dengan ayat itu dan tidak mengimani Al-Qur’an al-Karim.

Setelah semua itu jelas dan bahkan MUI juga telah menemui mereka yang mendengarkan langsung pidato tersebut maka tidak ada lagi “tabayyun” yang patut dilakukan.

Si أهوك dalam kondisi tertuduh sehingga tak perlu diminta pejelasan kalimatnya yang lugas dan terang tersebut sebagaimana Bani al-Mushthaliq yang sudah memberikan keterangan, tetap saja harus dibuktikan oleh Rasulullah saw melalui Khalid Ibn al-Walid ra.

Apalagi pembicaraan si أهوكً bisa didengar langsung melalui media. Jadi, kalau sekarang ini sedang booming istilah OTT (Operasi Tangkap Tangan) maka kasus si أهوك bisa disebut OTM (Operasi Tangkap Mulut). Jadi urusan niat dan maksud, tak lagi menjadi penting. Cukup diterapkan saja:

“Tangan mancang bahu mamikue” (Tangan mencencang, bahu memikul).

Bila si أهوك masih saja dianakemaskan oleh penegak hukum di negeri ini, maka jangan disalahkan lagi umat Islam bila bereaksi keras dan mulai melihat lawan dan kawan. Itu sangat menyedihkan dalam perjalanan bangsa ini.

Kesetiaan kepada Islam dan NKRI akan mendorong mereka untuk mengambil sikap tekad “basilang karih di dado, alun aja bapantang mati” (bersilang keris di dada, sebelum ajal tiba, tidak akan kematian datang).

Wahai tuan-tuan aparat penegak hukum yang diamanahkan untuk memegang timbangan keadilan !

Janganlah tuan-tuan berlagak tidak tahu bahwa kekuasaan tuan-tuan telah dipergunakan oleh si أهوك untuk berbuat kezhaliman atas umat mayoritas di negeri ini.

Mudah-mudahan peringatan Rasulullah saw berikut ini telah sampai kepada tuan-tuan !

إن الله مع القاضي ما لم يجر فإذا جار تخلى عنه و لزمه الشيطان

“Sesungguhnya Allah bersama hakim selama dia tidak menyeleweng (dari keadilan). Bila dia menyeleweng maka Allah membiarkannya dan dia dikawal ketat oleh syaithan”. (HR. al-Tirmidziy)

Tidakkah tuan-tuan melihat kepongahan yang semakin menjadi-jadi dan itu semua adalah akibat tumpulnya hukum dibtangan tuan-tuan.

Setelah dia lecehkan Ketua Umum MUI dalam persidangan, bacalah oleh tuan-tuan pernyataan maafnya yang tidak memuat sedikitpun rasa menyesal dan bahkan menunjukkan keras kepalanya si أهوك dan tak bernilainya umat serta tuan-tuan di matanya.

Ucapan ahok yang tersebar di berbagai media (bila itu benar), “Dan kalau memang dalam hal ini sebagai orang tua, sebagai sesepuh NU merasa tersinggung atau merasa kami memojokkan dalam persidangan kemarin, saya atas nama pribadi dan juga seluruh tim penasihat hukum saya menyampaikan permohonan maaf kepada KH Ma’ruf Amin di dalam pencarian pembenaran materiil perkara kami.(Detik News, Rabu 01 Feb 2017, 16:55 WIB)

Perhatikanlah kalimat “kalau memang” dalam ungkapannya itu !

Bagi siapa saja yang masih punya rasa berbahasa, akan tahu betapa keringnya jiwa dan hilangnya rasa dari manusia penista agama tersebut.

Karena itu, nasehat dan teguran tak akan lagi berfaedah. Mungkin hanya penjara yang bisa menyadarkannya.

Semoga selekas-lekasnya !!!

Bukittinggi, 3 Februari 2017

Buya Gusrizal Gazahar

(Ketua MUI Sumatera Barat)

Comments

comments

Previous Post

Kabupaten Solok Gelar Sosialisai dan Koordinasi Tata Kelola  E-Government

Next Post

Penjelasan Deputi SDM Aparatur Kementerian PANRB Terkait Permasalahan ‘Inpassing’ PNS

Media Harapan

Next Post
Penjelasan Deputi SDM Aparatur Kementerian PANRB Terkait Permasalahan ‘Inpassing’ PNS

Penjelasan Deputi SDM Aparatur Kementerian PANRB Terkait Permasalahan ‘Inpassing’ PNS

BERITA POPULER

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

28 August 2023 14:39
Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

3 April 2019 23:32
Diva : Mahasiswi Kedokteran Gigi yang Berkontribusi untuk Negeri

Diva : Mahasiswi Kedokteran Gigi yang Berkontribusi untuk Negeri

24 August 2018 23:05
Judi Offline

Judi Offline

6 November 2023 23:19

​‎”أهوك Itu OTM (Operasi Tangkap Mulut)”

3 February 2017 09:57
Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

29 April 2019 08:25

BERITA TERBARU

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

13 October 2025 10:15
Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

11 October 2025 09:42

Follow Us

Media Harapan merupakan web portal berita berbasiskan citizen jurnalism yang menyajikan berbagai peristiwa yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Semua materi dalam situs mediaharapan.com boleh di copy guna keperluan pengembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya peningkatan inteligensi pemuda-pemudi Indonesia dan referensi non komersil dengan mencantumkan mediaharapan.com sebagai sumbernya. Semua masyarakat khususnya pemuda-pemudi Indonesia dapat berpartisipasi sebagai citizen jurnalism dengan mengirimkan rilis, informasi, berita, artikel, opini atau foto untuk dipublikasikan melalui alamat email Redaksi.

Recent News

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
  • Redaksi
  • Kode Etik

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia