• Redaksi
  • Kode Etik
Media Harapan
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video
No Result
View All Result
Media Harapan
No Result
View All Result
Home Citizen

Zeng Wei Jian: Kontra Teror Naive

by Media Harapan
2 June 2017 23:03
in Citizen, Opini
0

Oleh: Zeng Wei Jian

Konferensi NATO-Rusia soal peran militer dalam combating terorisme sudah beberapa kali dilakukan. Charles Honoris, Hendardi, Al Araf masi berkutat pada teori negara demokrasi.
In case of Charles Honoris, mungkin dia sedang sariawan. Pasalnya, rencana (hoax) anugerah Grand Cross Order of Bath batal diberikan kepada Ahok. Sebuah joke bilang The Queen lagi sibuk bezoek korban bom konser Ariana Grande. Penganugerahan ditunda sampe tahun 2100. Ahok, dan juga Charles Honoris (maybe), terpaksa gigit dua jari.

Makanya, Charles Honoris bisa bilang, “pelibatan TNI dalam memberantas terorisme adalah bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita reformasi”.

Terorisme adalah penyakit yang menyerang internasional system. Dari Kenya dan Tanzania sampai New York, Bali, Djerna dan Moskow. Bagai virus, terorisme telah bermutasi. Dari lokal dan domestic violence jadi kejahatan terhadap negara. Sehingga transformasi respon terhadap terorisme juga harus dilakukan.

Indonesia masi mengadopsi sudut pandang terorisme masuk ranah criminal justice system. Masi pidana. Stressing penggunaan non-military tools, bekukan aliran dana teroris, menyolidkan polisi, memperketat perbatasan, dan meningkatkan kualitas intelijen.

Namun, saat ini distingsi antara terorisme dan perang is fading away. Teroris sudah melengkapi diri dengan senjata berat dan weapons of mass destruction. Sekali serang, ribuan orang tewas. Sehingga, peran militer mesti menggantikan tugas polisi.

Di tahun 1970an, militer dan polisi British siap menghadapi serangan laut teroris. Namun tidak demikian dengan India. Tahun 2008, Mumbai di bawah ancaman seaborn attack. Pemerintah India dikritik karena kegagalan intelijen menditeksi serangan LET (Lashkar-e-Taiba) dan military reinforcements yang terlambat. Militer India baru merespon setelah 5,5 jam pasca LET membantai civilian. Intervensi National Security Guard (NSG) terlambat 10 jam.

Belajar dari pengalaman, November 2008, India membangun kemampuan tempurnya melawan terrorist attack. Angkatan Laut, coastguard, NSG dan polisi dikordinasikan dalam unit joint patrol.

Militer bisa berperan dalam tiga faktor utama. Pertama, defensive measure against terrorism. Menangkal bahaya terorisme terhadap populasi, teritori, infrastruktur dan sistem komunikasi. Kedua, counter-terrorism: offensive measures. Menditeksi, mencegah, deterence dan intersepsi serangan teror. Ketiga consequence management: stabilisasi kondisi, deradikalisasi dan menjaga otoritas sipil. Jangan sampai “War on Terror” meluber jadi gerakan “Anti Islam” dan dalil mengkriminalisasi ulama dan aktifis.

Di masa Orde Baru, hanya ada dua serangan teror: Woyla dan Borobudur. Pasca TNI diisolasi, Kedutaan Philiphina dan Malaysia dibom. Bursa Efek Jakarta, Gereja, JW Marriot, Australian International School, Bandara, Pos Polisi, Atrium Plasa, Bank dan sebaganya jadi sasaran serangan terrorist.

Bom Bali yang menewaskan ratusan orang dan tekanan internasional memaksa Indonesia memiliki Undang-Undang Anti Terorisme. Jadi, regulasi ini bersifat emergency.

Eforia reformis menarik garis demarkasi antara domain TNI-Polri. Sekarang, pembedaan antara internal dan eksternal security memudar. Reformis berpendapat, perbatasan (border) adalah tugas TNI. Sedangkan “internal security” diurus polisi. Faktanya, teroris bisa menyusup ke dalam masyarakat. Mengambil keuntungan celah terbuka era demokrasi sipil. Alhasil, 40 serangan teroris pecah semasa reformasi. Sesuatu yang tak terbayangkan terjadi selama Pa Harto berkuasa.

Sejak tahun 1992, Kongres Amerika sudah berusaha melemahkan ABRI. Kerjasama militer USA-Indonesia dibekukan September 1999. Reformasi merupakan kulminasi menyingkirkan peran TNI.

Memang, kontradiksi antara politik demokrasi dan etos militer harus dipahami. Diktator militer harus dihindari. Sebagaimana berbahayanya polizeistaat (Negara Polisi). Tapi berasumsi demokrasi bisa survive dari serangan teroris tanpa respon militer adalah pandangan naive.

THE END

Comments

comments

Previous Post

Skandal Bank Century dan Dosa Sejarah Ani-Boedi

Next Post

Bung Hatta, Pancasila dan PKI

Media Harapan

Next Post

Bung Hatta, Pancasila dan PKI

BERITA POPULER

Zeng Wei Jian: Kontra Teror Naive

2 June 2017 23:03
10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

10 Alat Bantu Fotografi yang Wajib Diketahui Pemula

28 August 2023 14:39
Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

Pesawat Garuda Indonesia Jakarta-Jeddah Mendarat Darurat di Kolombo

3 April 2019 23:32
Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

Ragam Kesenian Tradisional Yogyakarta

4 October 2022 09:04
Judi Offline

Judi Offline

6 November 2023 23:19
Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

Orang Sholeh Yang Diam Menyaksikan Kemungkaran Maka Ia Terlaknat

29 April 2019 08:25

BERITA TERBARU

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

Akarsana Digital PR dan Fortitude Security Singapura Teken MoU Kolaborasi Strategis Lintas Negara

13 October 2025 10:15
Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

Bersiap Ikut Event Internasional Perkumpulan Olahraga Unta Indonesia Bertemu Komite Olimpiade Indonesia

11 October 2025 09:42

Follow Us

Media Harapan merupakan web portal berita berbasiskan citizen jurnalism yang menyajikan berbagai peristiwa yang terjadi baik dalam maupun luar negeri. Semua materi dalam situs mediaharapan.com boleh di copy guna keperluan pengembangan pengetahuan dan wawasan masyarakat khususnya peningkatan inteligensi pemuda-pemudi Indonesia dan referensi non komersil dengan mencantumkan mediaharapan.com sebagai sumbernya. Semua masyarakat khususnya pemuda-pemudi Indonesia dapat berpartisipasi sebagai citizen jurnalism dengan mengirimkan rilis, informasi, berita, artikel, opini atau foto untuk dipublikasikan melalui alamat email Redaksi.

Recent News

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

Perkemahan Remaja Muslimah 2025: Bentuk Generasi Tangguh, Sehat, dan Visioner

14 October 2025 18:51
STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

STQH Nasional 2025 Hadirkan Pameran Kaligrafi dari 50 Negara

13 October 2025 11:04
  • Redaksi
  • Kode Etik

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
    • Hukum & Kriminal
    • Daerah
    • Politik
    • Peristiwa
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Keuangan
    • Macro
    • Pojok UKM
  • Internasional
  • Tekno
    • Teknologi
    • Telekomunikasi
  • Olahraga
    • Arena
    • Hobi
  • Khazanah
    • Opini
    • Profil
  • Sosial
    • CSR
    • Komunitas
  • Video

© 2019 mediaharapan.com - By Wahana Muda Indonesia