MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta – Aedes Aegypti memiliki andil besar dalam mengantarkan Anies Baswedan maju menantang calon petahana Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pilkada DKI 2017.
Padahal, awalnya Anies mengaku tidak ada rencana mendaftar sebagai Cagub DKI. Apalagi, saat itu, Anies diundang konferensi pendidikan tingkat global 10 hari menjelang Idul Adha. Sementara itu, waktu pendaftaran cagub DKI tinggal beberapa minggu lagi.
Namun, berkat virus dengue yang dibawa nyamuk itu, Anies mengidap sakit demam berdarah (DBD). Sehingga, memaksa dirinya dirawat di Rumah Sakit Mayapada.
“Saya disakitkan, dirawat di rumah sakit dan dokter menganjurkan jangan pergi. Ternyata, nyamuk sekecil itu mengubah jalan hidup seseorang,” kenang Anies saat menghadiri “Tasyakuran Kemenangan Anis-Sandi” di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/4) malam.
Sebelum dirawat di rumah sakit, lanjut Anies, dirinya didatangi utusan partai Golkar, Erwin Aksa. Ketua Bidang Perdagangan dan Industri Partai Golkar itu sengaja diutus untuk menawarkan Anies maju sebagai Cagub DKI dari koalisi partai Gerindra dan PKS.
Dukungan juga datang dari sebagian fraksi Partai Golkar. Termasuk Aburizal Bakrie (ARB) dan Jusuf Kalla. Tepatnya, beberapa pekan jelang pendaftaran paslon di Pilgub DKI.
Saat itu, Anies baru sebulan meninggalkan kantornya di Kemendikbud. Aksa menyampaikan kepada Anies bahwa sejumlah tokoh nasional ingin agar ia maju sebagai cagub DKI Jakarta.
“Sebulan setelah penggangguran, saat masa tugas sebagai menteri berakhir, saya diajak Pak Aksa makan di restoran Jepang. Beliau tanya soal (tawaran jadi) Cagub DKI. Saya sendiri, belum pernah bayangkan dan rencanakan untuk nyagub. Jadi, ijin minta waktu seminggu,” paparnya.
Seminggu berlalu, Anies ternyata jatuh sakit. Sehingga, keponakan Wakil Presiden Jusuf Kalla itu terpaksa menagih janji Anies di rumah sakit.
“Saya masih diinfus, waktu Pak Aksa datang meminta kepastian bergabung. Saya pikir Pak Aksa lupa. Ternyata ingat dan ditagih. Lalu, saya tegaskan. Jika diamanati saya jalani. Jika meminta (sendiri) saya tidak mau,” tutur mantan Mendikbud itu.
Setelah keluar dari rumah sakit, Anies kemudian mempertimbangkan tawaran dari Aksa. Bahkan, Anies sempat meminta restu dari ibunya Aliyah Rasyid Baswedan.
“Pesan Ibu, jika memang ini panggilan dari umat, jalankan. Tapi, kalau cuma ingin (jadi Gubernur), sebaiknya tidak usah,” ungkapnya.
Akhirnya, Anies pun bersedia menemui sejumlah petinggi partai Gerindra dan PKS. Termasuk, pertemuan dengan tuan rumah Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, 21 September 2016. Tepatnya, sekira dua hari menjelang batas akhir pendaftaran paslon gubernur DKI.
Anies juga sempat menemui Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Momen PAN masih bimbang, akan berkoalisi ke Demokrat di kubu oposisi atau Gerindra-PKS.
Sehari menjelang batas akhir pendaftaran, Anies terlibat dalam pembicaraan pribadi dengan Prabowo dan Sandi. Sandi yang saat itu digadang sebagai Cagub, mengalah dan legowo jadi Cawagub Anies.
Resmi maju berpasangan dengan Sandi, Anies tetap dikawal Aksa dalam tim pemenangan. Aksa juga bukan orang baru bagi Sandiaga Uno. Sebagai sesama pengusaha, keduanya memang sudah lama berhubungan.
Terkait peran Aksa tersebut, menjadi atensi Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. “Kalau enggak ada dia repot kita,” ujar Prabowo saat memperkenakan Aksa ke khalayak, Rabu (19/4) kemarin. (Cecep Gorbachev)