Jakarta, – Fenomenal; begitulah cara unik yang dimiliki kebanyakan orang Minang khusus nya untuk “Buya” yang satu ini. Kadang menghentak dipusaran arus, kadang menyegarkan dahaga para pemikir.
Masih segar dalam ingatan gelar “Buya” dicabut oleh sebagian anak ponakan Minang ketika mempersoalkan Aksi 411 & 212 di tungu Monas & sekitar nya kini Buya sepertinya sudah kembali. Menghembuskan eksistensi “Naga 9” yang sudah bergerak sejak 400 tahun begitu yang kami kutip dalam www.Indonesia.id
Menurutnya secara implisit jelas menyalahkan internal ummat Islam yang telah gagal dalam menghadirkan memimpin Islam, besarnya para naga jelas karena jasa besar para tokoh-tokoh Islam yang katanya mayoritas.
“Sekali lagi, sebagian besar beragama Islam. Pihak-pihak inilah yang memberi surga kepada para naga itu untuk menguasai dunia bisnis di negeri ini,” kata guru besar di Universitas Negeri Yogyakarta ini.
Ya tak iya, logika ini sangatlah benar dengan melihat realistis sejarah. Sayang, jika pernyataan ini benar, Buya sebagai salah seorang tokoh besar Minang yang jelas Islam, bahkan tokoh besar salah satu ormas terbesar di Indonesia “selama ini juga berada dimana dan kemana rek…” ujar teman saya yang jadi kuli di Jakarta
Intinya pemikiran Buya saat ini bisa jadi bentuk kesadaran beliau selama ini juga telah turut andil dalam kegagalan itu serta nimbrung juga dengan berbagai agenda asing yang dipandang liberal oleh banyak pihak
Sebagai wujud “Buya kami telah kembali” Handriansyah Ketua Kesatuan Aksi Wahana Muda Indonesia Baru (KAWMI) menyatakan “siap bergandeng tangan dengan Beliau untuk berbagai program berbasis keumatan” ungkapnya dalam perjalanan turun aksi WMI Care; recovery bencana ke Pide-Aceh
TGA, Jakarta (21-13-16)