Oleh: Iswandi Syahputra
MEDIAHARAPAN.COM – Menjadi penyeimbang itu penting untuk membangun keselarasan dan memberi pilihan atau membuka perspektif baru dalam kehidupan yang terkadang masuk pada arus dua kekuatan yang saling berhadapan atau bertentangan.
Bentuknya bisa bersikap netral, bersikap kritis, bersikap diam, atau menawarkan sikap lain di luar dua kekuatan yang saling berhadapan tersebut.
Dengan demikian, apapun sikap yang diambil saat dua arus saling berhadapan merupakan pilihan yang disadari atau tidak akan menentukan arah perjalanan suatu kehidupan. Semua pada akhirnya berkontribusi secara langsung atau tidak langsung pada nasib yang kelak akan diterima. Disinilah Tuhan menjadi Maha Asyik karena Dia berikan akal sehat pada manusia untuk menentukan sendiri pilihannya.
Jika akal sehat kesulitan memandu pilihan yang baik bagi kehidupan karena sifatnya yang aktif dan memiliki kekuatan mencari-cari pembenaran atas suatu pilihan yang menyenangkan, tersisa hati nurani sebagai sumber kebenaran hakiki.
Akal dan hati menjadi teman akrab perjalanan kehidupan yang harus sering-sering digunakan agar sampai pada hakikat kebenaran itu sendiri. Berjanji tapi diingkari sendiri. Sekali dua kali akal sehat dapat saja tampil mencari berbagai pembenaran. Karena situasi berubah, misalnya. Akal akan aktif mencari berbagai pembenaran. Semakin akal aktif mencari pembenaran, dan menjauhkan hati nurani maka semakin fanatik dan menjauhkan pada hakikat kebenaran yang hakiki.
Ingkar janji, apalagi terjadi berkali-kali, apapun alasannya menurut saya sudah melukai hati nurani dan melangkahi akal sehat pribadi. Kuda itu yang dipegang tali kekangnya, manusia itu yang dipegang janjinya. Maka berhati-hatilah jika berjanji, sebab semesta tidak buta dan tuli.
Tapi begitulah para politisi, dimanapun selalu banyak memberi janji walaupun mereka sadari tidak bisa menepatinya.
Politisi di mana-mana sama saja, mereka berjanji membangun jembatan, bahkan ketika tidak ada sungai sekalipun. (Nikita Khrushchev Mantan Kepala Pemerintahan Uni Sovyet).
Seorang politisi memiliki kemampuan mengatakan sesuatu yang akan terjadi esok hari, bulan depan, tahun mendatang serta menjelaskan mengapa semua yang dikatakannya itu tidak pernah terjadi. ( W Churchil, Perdana Menteri Legendaris Inggris).
Dua kutipan tokoh politisi dunia tersebut menjelaskan, ingkar janji memang salah satu keahlian politisi dimanapun mereka berada. (***)