MEDIAHARAPAN.COM, Presiden Turki menuduh Jerman sebagai pendukung terorisme tanpa belas kasihan. Penghinaan terbaru yang dilontarkan Presiden Turki, Senin petang (13/3) dalam perang makian antara Ankara dan sekutu NATO-nya tersebut.
Komentar-komentar pedas Recep Tayyip Erdogan mengobarkan krisis diplomatik yang yang meletus pada akhir pekan ketika Belanda mencekal menteri Turki berbicara di rapat umum politik di Rotterdam.
Pada hari Sabtu (11/3), Erdogan melabeli Belanda sebagai “sisa-sisa Nazi, fasisme” setelah pemerintah Belanda menarik izin Menteri Luar Negeri Turki untuk mendarat di sana.
Kanselir Angela Merkel menjawab, bahwa Jerman benar-benar menolak retorika dan setiap tamsil sebagai negara Sosialis yang dibuat oleh Presiden Turki.
“Perbandingan ini benar-benar salah,” katanya. “Mereka meremehkan penderitaan kita.”
“Terutama di Belanda yang mengalami begitu banyak penderitaan melalui ngera sosialis, hal itu tidak dapat diterima.”
“Itu sebabnya Belanda dapat mengandalkan dukungan saya dan solidaritas dalam masalah ini.” Lanjut Merkel.
Referendum yang akan digelar di Turki membuat sejumlah pejabat negara mencari dukungan warga Turki yang tinggal atau bekerja disejumlah negara di Eropa melalui kampanye dan sejumlah rapat umum. Hal itu menjadi benturan dengan perda kota setempat yang melarang kampanye politik warganegara lain, juga menyangkut faktor keamanan dan kenyamanan masyarakat seperti yang berlaku di Jerman dan Belanda. (MH029)