MEDIAHARAPAN.COM, India – Protes massa terbaru terjadi di seluruh India pada hari Senin (16/12) menentang undang-undang kewarganegaraan anti-Muslim, setelah bentrokan Minggu malam di ibukota dan kerusuhan di wilayah timur laut menewaskan enam orang.
RUU itu mempercepat kewarganegaraan bagi imigran non-Muslim dari tiga negara tetangga, tetapi para kritikus menuduhnya merupakan bagian dari agenda nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi untuk memarginalkan 200 juta Muslim di India, namun tuduhan itu ia bantah.
Pada hari Minggu malam ribuan orang turun ke jalan-jalan di timur laut, tempat kerusuhan dan pertempuran mematikan dengan polisi terjadi, sementara protes lainnya dilaporkan terjadi di seluruh India di Delhi, Aligarh, Hyderabad, Mumbai, Patna dan Raipur.
Bentrokan dengan kekerasan
Di ibukota, petugas menembakkan gas air mata dan dituduh menggunakan tongkat ketika ribuan demonstran berunjuk rasa, dan demonstrasi juga dilakukan di luar universitas Jamia Millia Islamia.
Empat bus dan dua kendaraan polisi dilaporkan dibakar.
Beberapa pengunjuk rasa menyebarkan video yang memperlihatkan polisi penyebab perusakan properti di tengah protes.
Massa juga menuduh pemerintah menyalahkan para pemrotes atas kekerasan yang dilakukan oleh personel keamanannya sendiri.
Puluhan Orang Terluka
Polisi menyerbu kampus universitas, dimana outlet media melaporkan sebanyak 100 mahasiswa dan puluhan petugas terluka.
Sekitar 50 orang ditahan, kemudian setelah semalaman mendekam di balik jeruji besi mereka dibebaskan pada hari Senin, kata polisi.
Mahasiswa menegaskan dalam pernyataan bahwa mereka tidak terlibat kekerasan.
“Kami punya waktu dan sekali lagi menyatakan bahwa protes kami damai dan tanpa kekerasan. Kami mendukung pendekatan ini dan mengutuk pihak mana pun yang terlibat dalam kekerasan,” kata mereka.
Pihak berwenang di Uttar Pradesh utara telah menghentikan akses internet di bagian barat negara itu setelah demonstrasi berlangsung di Aligarh, rumah bagi sebuah universitas besar dan populasi Muslim yang cukup besar.
Namun, episentrum utama protes telah terjadi di negara-negara bagian timur laut India yang sangat luas, yang telah lama menjadi tempat melebarnya ketegangan etnis.
Di sana massa menentang undang-undang kewarganegaraan, karena mereka khawatir akan menyebabkan ratusan ribu imigran dari Bangladesh, banyak dari mereka beragama Hindu, untuk eksodus ke dalam India.
Pada hari Minggu malam di negara bagian Assam – setelah beberapa hari kerusuhan dan bentrokan dengan polisi yang telah menewaskan enam orang – sekitar 6.000 orang turun ke jalan pada Minggu malam, tanpa ada insiden besar yang dilaporkan.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pekan lalu pihaknya khawatir undang-undang itu “akan merusak komitmen terhadap kesetaraan hukum yang diabadikan dalam konstitusi India”.
Modi pada hari Minggu menyalahkan partai oposisi utama Kongres dan sekutunya atas kerusuhan, sementara Menteri Dalam Negeri Amit Shah menyerukan lagi untuk tenang.
“Budaya, bahasa, identitas sosial, dan hak politik saudara-saudari kita dari timur laut akan tetap utuh,” kata Shah dalam pidatonya.
Undang-undang baru ini diajukan banding di Mahkamah Agung oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan partai politik Muslim, dengan alasan bahwa hal itu bertentangan dengan konstitusi dan tradisi sekuler India. [AFP]