Imam Shamsi Ali*
Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Ramadan terbagi ke dalam tiga bahagian, yaitu sepuluh malam pertama adalah Rahmah, sepuluh malam kedua adalah magfirah, dan sepuluh malam terakhir adalah pembebasan dari api neraka.
Terlepas dari kesahihan Hadist itu, kontennya jelas sangat justified (mendapat pembenaran) dari segi subsatansi. Di bulan Ramadan inilah masanya kita tidak saja mencari “rahmah”. Tapi tidak kalah pentingnya membangun rahmah (kasih sayang) di antara kita sesama umat, baik seagama maupun tidak seagama (tapi tetap semanusia).
Kasih sayang atau dalam bahasa agamanya “rahmah” adalah dasar dari segala “qadar” (keputusan) Ilahi. Alam semesta diciptakan, langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya tercipta di atas dasar kasih dan sayang Allah. Wujud kehidupan makhluk tanpa kecuali terbangun di atas dasar “Rahmah” Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Realita besar inilah yang kemudian menjadikan Asma Allah yang paling sering terulang setelah Nama Teragung (Al-ism al-A’dzom), ALLAH, adalah AsmaNya yang bermakna kasih sayang. Kasih sayang Allah inilah yang menjadi bagian karakternya yang di ekspresikan dalam dua bentuk, dan diulang di setiap awal surah di Kitab Sucinya, bismillahir Rahmanir Rahim. Kecuali tentunya di surah kesembilan dari Al-Quran (At-Taubah).
Bagi seorang Mukmin, kita sadari betul bahwa agama ini dari awal hingga akhir, from A to Z, semuanya terbangun di atas rahmatNya. Kita mendapat hidayahNya, bukan karena keilmuan kita semata. Bukan karena kehebatan usaha kita semata. Tapi yang tidak kalah pentingnya karena kita disayang Allah, karena Rahmah Allah juga.
Ibadah-ibadah yang kita lakukan juga, semuanya dimungnkinkan karena Rahmah Allah. Kita sholat karena Hidayah Allah. Hidayah Allah itu Mungkin karena rahmatNya. Karenanya Al-Quran itu salah satunya memang “rohmah” Allah bagi manusia.
Bahkan pada akhirnya nanti tiada seorangpun yang akan masuk syurga Allah kecuali karena rahmahNya. Bahkan Rasulullah SAW sekalipun tidak akan masuk syurga Allah kecuali Allah merahmatinya.
Suatu ketika Rasulullah SAW menyampaikan kepada para sahabatnya: “tidak satu orangpun yang akan masuk syurga kecuali dengan kasih sayang Allah”. Sahabat bertanya: “engkaupun ya Rasul?”. Rasulullah SAW menjawab: “saya juga kalau bukan karena Rahmah Allah tidak akan masuk syurga”.
Demikianlah urgensi rahmah (kasih sayang) Allah SWT. Dan karenanya rahmah adalah salah satu hal terpenting yang kita “mujahadah” (berjuang) untuk medapatkannya di bulan ini. Karena ketika rahmah telah kita dapatkan, maka semua sudah ada garansinya (jaminannya).
Salah satu kejahilan (ignorance) manusia akan Islam adalah persangkaan mereka jika konsep Tuhan dalam Islam itu adalah konsep Tuhan yang keras dan bengis. Seolah Tuhan dalam Islam itu tidak mengenal cinta dan kasih.
Demikian pula tuduhan kepada Rasul Allah dengan kekerasan dan kebencian. Seolah Muhammad SAW itu adalah sosok yang menakutkan karena kesangaran dan kekasarannya akhlak dan prilakunya.
Tidak lupa bahkan umat ini dengan dukungan media dibangun persepsi yang buruk bahwa umat ini adalah umat pembenci dan senang membunuh dan perang. Umat yang kesukannya melakukan pengrusakan dan pembunuhan kepada siapa yang dianggap tidak sejalan dalam akidah dan pemahaman.
Tapi benarkah demikian? Mari kita lihat realitanya..
Allah SWT itu adalah Tuhan yang mengedepankan sifat kasih sayangnya di atas segala sifatNya yang lain. “Wa rahmati wasi’at kulla sate’” (dan kasihKu melebih segala sesuatu).
Menunjukkan bahwa marahNya Allah sekalipun itu ada dalam ruang lingkup kasihNya. Bagaikan marahnya orang tua kepada anaknya, tentu bukan karena sentimen emosi semata. Walaupun tentunya permisalan ini tidak bersifat mutlak. Tapi rahmah Allah sudah pasti meliputi segala keadaan dan ruang.
Salah satu bukti terbesar dari rahmah Allah itu adalah pintu-pintu kasih yang dibuka luas untuk mengampuni hamba-hambaNya. “Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa hamba-hambaNya”, demikian Al-Quran.
“Wahai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas, jangan berputus asa dari rahmahNya Allah. Sesingguhnya mengampuni semua dosa-dosa hambaNya”. Demikian firman Allah pada ayat lain.
Dalam berbagai Hadist juga demikian Allah membuka pintu seluas-luasnya kepada mereka yang berbuat dosa di malam hari untuk diampuni di siang hari. Dan membuka pintu taubat di siang hari bagi pendosa siang hari.
Bahkan Allah SWT masih membuka. Kesempatan bertaubat sebelum terdengar suara terakhir yang akan keluar dari tenggorokan seorang hamba yang sakratul maut. Suara ini dikenal dalam bahasa Arab dengan “ghirghaar”.
Dalam Hadist lain disebutkan: “Sesungguhnya Allah menerima taubat hambaNya sebelum tiba masa di mana matahari terbit dari barat”. Artinya pintu taubat selalu terbuka selama kematian atau Kiamat belum terjadi.
Baik ayat-ayat Al-Quran maupun Hadist-Hadist Rasulullah SAW semua menggambarkan bagaimana kasih dan sayang Allah dan RasulNya.
Rasulullah SAW pernah sangat marah karena seorang wanita dari kalangan musuh terbunuh di medan perang. Atau ketika sebuah sarang semut dibakar tanpa alasan apapun.
Dari semua itu pesan moral terbesarnya adalah bahwa kasih sayang, apalagi di bulan Ramadan ini menjadi sesuatu yang mutlak. Melakukan kekerasan-kekerasan, terorisme dan pembunuhan kaum sipil jelas tidak saja terkutuk dalam agama. Tapi seeungguhnya merusak secara gamblang ajaran agama yang menjunjung tinggi kehidupan dan kedamaian.
Oleh karenanya pesan Ramadan terpenting kali ini adalah membangun kasih sayang di antara sesama manusia. Sebab hanya dengan itu Allah akan memberikan rahmah dan kasihNya kepada kita. Hadist menegaskan: “man laa yarham laa yurham” (siapa yang tidak memiliki kasih sayang, tak akan dikasihi oleh Allah SWT”.
“Irham man fil-ardh yarhamka man fis-samaa” (kasihi siapa yang ada di bumi, niscaya Dia yang dilangit mengasihimu”, sabda baginda Rasulullah SAW.
Dan mereka yang mati dengan kebencian dan perlakukan buruk kepada orang lain, sudah pasti tidak menerima rahmah sebagai prasyarat untuk masuk syurga. Sebaliknya justeru kebencian dan perlakuan mereka mendatangkan murka dan siksa Allah yang sangat pedih.
Semoga Allah menjaga kita, menjaga bangsa dan negara kita dari prilaku yang jauh dari nilai-nilai kasih sayang. Amin.
New York, 3 Ramadhan 1439 H.
*Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation