Memilih Dunia Yang Sepi (1)
oleh : Denny JA
Jejak hidup si Darta
Panjang sudah
Telah Ia daki aneka dunia
Telah Ia selami banyak samudra
Kerlap kerlip harta
Menumpuk hingga kepala
Pesona kuasa
Diteguknya sudah
Renungan ilmu
Penuh di saku
Itu dunia tepuk tangan
Panggung perhatian
Sudah dilahapnya
Dari hari ke hari
Namun sepi datang juga
Berkali tiba itu suara
Apa yang sebenarnya kau cari?
Mana hidup yang menjadi inti?
Dipandangnya cakrawala
Terdengar suara yang sama:
Apa yang kau cari Darta?
Ia tapa brata
Dari pucuk nurani terdengar gema yang sama.
Mana hidup yang menjadi inti?
Lama Darta tak berkabar
Hilang ia dari keramaian
Hingga satu masa
Terdengar berita
Darta tengah hijrah
Darta datang lagi
Tapi bukan Darta yang dulu
Berubah Darta kini
Dipilihnya jalan yang ini
Tak peduli itu dunia yang sepi
Dunia yang jarang dilalui
Apapun cerita
Darta sampaikan petuah
Apapun situasi
Darta kisahkan puisi
Aneka kisah derita
Ia ubah menjadi hikmah
Aneka rasa marah
Ia teduhkan menjadi cinta
Berubah Darta kini
Setelah satu pertanyaan ia lewati
Siapakah yang paling mulia? (2)
Siapa tertinggi antara insani?
Berubah Darta kini
Ditolaknya hidup yang bekerja
Dipilihnya hidup yang berjuang (3)
Resapi inti sari agama (4)
Pupuk kesabaran (5)
Tumbuhkan kelembutan (6)
Ujar Darta
Aku hanya ingin mengubah hati
Makin kuat
Darta berseru ke dalam diri
Telah kupilih jalan yang ini
Jalan menyentuh nurani
Walau jalan ini makin sepi
Walau di jalan ini,
tinggal aku sendiri***
Mei 2018
Catatan Kaki
- Puisi esai mini ini dialog saya dengan JUZ 4 Al-Quran, Q.3: 93. – Q.4: 23
- Manusia yang paling tinggi derajatnya dalam konsep Islam, bukan yang paling berilmu, atau yang paling kaya atau yang paling berpengaruh. Yang paling tinggi derajatnya adalah mereka yang beriman pada yang benar. Komitmen pada yang benar itu tergambar dalam prilaku.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Q.3: 139
- Hidup yang bermakna adalah hidup yang tak hanya bekerja, tapi juga berjuang. Tentu berjuang yang dimaksud adalah berjuang sesuai dengan iman, sesuai dengan prinsip kebenaran.
Tapi bagaimana kita tahu kualitas perjuangan kita? Sudah totalkah perjuangan kita? Itu dapat diketahui dengan merenungkan seberapa ikhlas kita bersedia mengorbankan hal yang kita anggap berharga dalam perjuangan itu.
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaikan (yang sempurna), sebelum kamu mengorbankan sebahagian yang kamu cintai.
Q.3: 92
- Dalam perjuangan, akan datang banyak momen. Kemenangan dan kekalahan, sukses dan gagal, berani atau khawatir, persahabatan atau penghianatan, didukung atau ditinggal, datang silih berganti. Mereka yang beriman tetap teguh menghadapi segala cuaca.
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah
Q.3: 103
- Sikap hidup bersabar menjadi kunci. Ini sikap hidup yang tidak tergesa inginkan kemenangan. Ini mindset yang tidak terlalu berorientasi pada hasil. Yang utama adalah berjuang di jalan yang benar. Sisanya adalah kesabaran.
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu..
Q.3: 200
- Sikap yang lemah lembut bagian sentral dari perjuangan. Begitu banyak karakter yang kita temui. Begitu banyak kepentingan yang datang. Tak hanya kebaikan tapi juga keburukan akan menghampiri. Tapi segala hal akan lebih mudah jika dihadapi dengan lemah lembut.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Q.3: 159