MEDIAHARAPAM.COM, Jakarta (11/04) – Moody’s Investors Service melaui laman resmi mengubah outlook rating perusahaan ban PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dari stabil menjadi negatif, rabu (10/04). Pada saat yang sama, Brian Grieser, Wakil Presiden, Senior Credit Officer dan analis Moody’s untuk GJTL, mengafirmasi rating B2 untuk korporasi GJTL dan surat utang senilai USD250 juta yang dijamin GJTL dengan masa jatuh tempo Agustus 2022
Analis Grieser mengatakan “Prospek negatif mencerminkan ekspektasi kami bahwa rating B2 profil kredit GJTL akan tetap lemah selama 12-18 bulan ke depan, karena eksposurnya yang tidak terbatas terhadap volatillitas biaya input bahan baku dan nilai tukar mata uang di Indonesia akan terus membebani marginnya,” seperti dikutip laman resmi Moody’s, Rabu (10/4).
Namun posisi perusahaan Gajah Tunggal masih mencerminkan yang terdepan di pasar ban khusus dan ban pengganti sepedah motor di Indonesia, selain itu produk baruan seimbang antara ban radial, ban khusus dan sepeda motor; dan terakhir diversifikasi geografis penjualan yang solid, meski ada afirmasi peringkat B2 GJTL.
Leverage GJTL – yang diukur dengan utang/EBITDA – meningkat, karena pendapatan yang lebih rendah yang disebebkan oleh pelemahan rupiah dan kenaikan tajam harga karbon hitam pada 2018. “GJTL melaporkan dan memperoleh sebagian besar pendapatannya dalam Rupiah, namun hampir semua biaya bahan baku dan kewajiban utang dalam denominasi atau terkait dengan USD.” tulis laporan Moody’s.
Moody’s berpendapat, pertumbuhan pendapatan GJTL yang solid – baik di dalam negeri maupun melalui ekspor – belum sepenuhnya mengurangi tekanan pada margin yang disebabkan oleh melemahnya rupiah dan harga komoditas yang lebih tinggi pada tahun 2018. Akibatnya, margin EBITDA turun menjadi 12,5%, level terendah dalam lima terakhir tahun.
Oleh karena itu, ungkap Moody’s, harga karbon hitam yang lebih rendah, harga karet alam dan sintetis yang terkendali, dan penguatan nilai tukar rupiah dibanding 2018 harus mendukung peningkatan margin pada 2019.
“Kami memperkirakan arus kas akan sedikit lebih kuat pada 2019 karena investasi dalam modal kerja mereda. Namun, kami berharap semua arus kas secara substansial akan digunakan untuk mendanai persyaratan layanan utang dan belanja modal, serta meninggalkan sedikit penyangga jika terjadi biaya bahan baku lebih lanjut atau volatilitas mata uang, “kata Grieser, analis utama Moody untuk GJTL.
Moody’s mengungkapan, perusahaan ini memiliki pembayaran amortisasi utang besar sebesar USD12,5 juta setiap kuartal di bawah pinjaman bank sindikasi, yang akan naik menjadi USD15,6 juta setiap kuartal sejak Juli 2020 dan seterusnya.