MEDIAHARAPAN.COM, Jakarta (04/04) – Terdapat dua momentum yang mendorong harga tembaga dan logam industri lainnya menguat, Rabu (03/04). Pertama data manufaktur China yang positif dan laporan perkembangan dalam perundingan perdagangan AS-China mendukung prospek permintaan. Kedua dipicu sikap pemimpin adat di Peru yang menolak negosiasi dengan pemerintah untuk mengakhiri gangguan di salah satu tambang besar dunia.
Harga patokan tembaga di London Metal Exchange (LME) ditutup melonjak 1 persen menjadi USD6.492 per ton, mendekati level tertinggi delapan bulan yakni USD6.555,50 per ounce, yang dicapai Maret, demikian laporan Reuters, di London, Rabu (3/4) atau Kamis (4/4) dini hari WIB.
Harga logam dasar lainnya sebagian besar juga menguat. Aluminium LME ditutup naik 0,4 persen menjadi USD1.896 per ton, seng melonjak 2,6 persen menjadi USD2.930, nikel melambung 2,2 persen menjadi USD13.375 dan timbal meningkat 1,4 persen menjadi USD2.012 per ton. Namun, timah melawan tren, tergelincir 0,1 persen menjadi USD21.175 per ton.
Harga logam dasar terjebak dalam kisaran sempit sejak akhir Februari, tetapi data indeks pembelian manajer (PMI) China yang kuat dan sinyal positif dari perundingan perdagangan memberikan dukungan, kata analis BMO, Kash Kamal. “Pesimisme menghilang,” katanya.
Indeks PMI manufaktur dan jasa Caixin/Markit China melesat ke level tertinggi sembilan bulan bulan Maret, menambah tanda-tanda bahwa stimulus secara bertahap mulai berdampak.
China adalah konsumen logam terbesar di dunia.
Amerika Serikat dan China berharap bisa membuat lebih banyak kemajuan dalam perundingan perdagangan pekan ini, kata penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow.
“Ini adalah diskusi yang lebih besar ketimbang yang pernah kita lakukan sebelumnya dalam hubungan perdagangan AS-China, dan ada sejumlah optimisme,” kata Kudlow.
Perselisihan itu mendorong harga logam turun tajam tahun lalu.
Saham dunia melejit ke level tertinggi enam bulan, sementara dolar melemah, membantu logam tersebut karena menjadikannya lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.
Masyarakat adat yang memblokir jalan menuju tambang tembaga di Peru memutuskan untuk tidak bernegosiasi lebih lanjut dengan pemerintah sampai pengacara kelompok tersebut dibebaskan dari penjara.
Blokade itu menghentikan ekspor dari tambang Las Bambas, yang memproduksi sekitar 400.000 ton tembaga per tahun, menyumbang sekitar 2 persen produksi global.
“Gambaran keseluruhan adalah pasar (tembaga) dalam surplus yang signifikan dan karenanya tidak memiliki dukungan fundamental pada kuartal pertama tahun ini,” kata analis Barclays, merujuk pada penumpukan persediaan di China yang mengimbangi penurunan di gudang LME.